| dc.description.abstract | Pertumbuhan populasi yang cepat di Yogyakarta menyebabkan banyak rumah makan baru yang dibuka. Selain itu populasi kambing di Yogyakarta juga terus meningkat. Hal ini menyebabkan menumpuknya sampah. Gas metana merupakan sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan dan dapat dihasilkan dari biomassa. Di Indonesia, teknologi produksi metana relatif baru dan masih dalam skala kecil, sedangkan metana diperlukan dalam jumlah besar. Ini akan menjadi masalah serius karena bahan bakar fosil saat ini adalah sumber energi utama dunia dan tidak dapat diperbarui. Karenanya, pabrik metana perlu dirancang.
Desain pabrik kimia biogas ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gas metana di Yogyakarta. Kotoran kambing, urin kambing dan limbah restoran dari Sleman, Bantul dan Yogyakarta, digunakan sebagai bahan mentah dalam produksi biogas. Pabrik ini akan dibangun di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pabrik ini beroperasi secara kontinu selama 330 hari/tahun, dengan kapasitas limbah organik sebesar 54.680 ton / tahun dan menghasilkan produk CH4 dengan kapasitas 718.344 ton/tahun. Limbah yang dihasilkan adalah limbah padat organik yang dapat digunakan sebagai pupuk. Pabrik ini direncanakan dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT).
Proyek ini menyimpulkan bahwa pabrik tersebut layak secara finansial. Berdasarkan hasil evaluasi ekonomi, kita dapat melihat bahwa persentase Break Even Point (BEP) adalah 51,88 %, Return on Investment (ROI) sebelum pajak adalah 25,84 % dan setelah pajak adalah 12,41 %, Pay Out Time (POT) sebelum pajak adalah 3 Tahun dan setelah pajak adalah 4,9 tahun, Shut Down Point (SDP) 31,40 %, laba sebelum pajak adalah US$ 21.900.798.372 dan laba setelah pajak adalah US$ 10.512.383.219 | en_US |
