Karakteristik kawasan permukiman kumuh di Kota Yogyakarta adalah kawasan permukiman dengan tingkat kepadatan bangunan yang tinggi dan terletak di bantaran sungai, salah satunya adalah Sungai Winongo. Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Energi Sumber Daya Mineral DIY telah memberi arahan menjadikan sungai sebagai halaman rumah. Orientasi bangunan yang tadinya membelakangi sungai diubah orientasinya menghadap sungai sehingga warga akan merawat sungai yang menjadi halaman rumah karena terkait kenyamanan mereka sendiri. Kampung Notoprajan merupakan salah satu permukiman Squatter di bantaran sungai Winongo yang merupakan permukiman berkepadatan tinggi. Mata pencaharian penduduk didominasi oleh pekerja harian dan tukang becak, namun tak jarang dijumpai gerobak dagangan milik warga. Tak adanya ruang publik seperti lapangan bermain membuat anak-anak cenderung bermain di jalan kampung yang sempit dan mengganggu akses lalu lintas kendaraan. Salah satu solusi perancangan untuk meminimalisir penggunaan lahan untuk hunian adalah merancang kampung vertikal. Kampung vertikal ini bertujuan untuk merancang permukiman padat penduduk dari horisontal ke vertikal untuk meminimalisir penggunaan lahan dengan tetap memperhatikan perilaku bermain anak yang bisanya bermain (unoccupied play, associative play, cooperative play) pada area horisontal ke area vertikal sehingga anak-anak yang berada dilantai bawah dapat mengamati, berdiskusi, dan bekerjasama dengan anak yang berada di lantai atas nya, begitupun sebaliknya. Hal ini dilakukan dengan cara menata gubahan massa dengan mempertimbangkan perilaku bermain anak (unoccupied play, associative play, cooperative play) menentukan penekanan elemen arsitektural (pola organisasi ruang, dan konfigurasi jalur) mempertimbangkan perilaku bermain anak (unoccupied play, associative play, cooperative play) sehingga mencapai sasaran desain. Penataan Gubahan massa yang dipilih yaitu penggunaan split level antar 2 bangunan dengan akses sirkulasi berupa ramp yang berada di antara 2 massa bangunan sebagai pusat interaksi sosial terutama bermain anak di antara kedua bangunan. Perbedaan split level ini diukur dari sudut maksimal anak melihat normal sehingga anak dapat berinteraksi antar lain di antara kedua massa bangunan. Kata Kunci : Kepadatan tinggi, perilaku bermain anak, kampung vertikal, gubahan massa.