Permainan dan mainan tradisional Indonesia merupakan salah satu seni dan budaya yang memiliki dampak positif dan berperan dalam perkembangan masyarakat Indonesia namun, pentingnya peran permainan tradisional tidak membuat keberadaannya terus diminati masyarakat. Berkurangnya minat masyarakat disebabkan oleh terputusnya pewarisan budaya dari generasi sebelumnya sehingga, mainan tradisional dianggap ketinggalan zaman. Merespon akan hal ini, Rudi Corens mendirikan Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga di Taman Budaya Yogyakarta pada tahun 2008 dengan tujuan mengumpulkan dan melestarikan mainan tradisional baik dari dalam maupun luar negeri. Sayangnya, keberadaan museum yang terletak di kolong tangga bangunan taman budaya Yogyakarta ini membuat museum kurang terekspos secara visual. Permasalahan lainnya adalah terbatasnya ruang pamer sehingga menyebabkan terbatasnya jumlah koleksi untuk dipamerkan. Oleh sebab itu, perlu diambil tindakan dengan melakukan ekstensifikasi lahan museum rancangan. Terbatasnya ruang di area Taman Budaya, mendasari pemindahan lokasi museum rancangan yang awalnya terletak di Taman Budaya Yogyakarta menjadi kawasan Kotabaru tepatnya di Jalan Sudirman no.38 yang diatur oleh pemerintah merupakan kawasan yang dikembangkan untuk kawasan permuseuman dengan merespon gaya arsitektur sekitar yaitu dengan menerapkan konsep garden city pada lanskap dan konsep bangunan indis pada rancangan museum. Metoda perancangan pada museum pendidikan dan mainan anak Kolong Tangga di kawasan Kotabaru menggunakan penekanan edukasi interaktif. Penekanan ini berkaitan dengan tujuan museum sebagai wadah edukasi dan kreativitas. Penekanan kedua berkaitan dengan konservasi sebagai respon kawasan Kotabaru. Kedua penekanan ini diterapkan pada tata ruang yang mewadahi kegiatan edukasi interaktif yang mempertimbangkan dimensi anak-anak dan dimensi bangunan indis pada konsepnya. Penerapan selanjutnya, merespon kawasan Kotabaru dengan melakukan transformasi bentukan kawasan kedalam rancangan lanskap sebagai upaya konservasi juga untuk mewadahi kegiatan edukasi interaktif. Respon terhadap fasad bangunan yaitu dengan menerapkan konsep pola-pola fasad bangunan indis dengan pendekatan compatible contrast sebagai dasar rancangan dan penambahan elemen pencahayaan sebagai elemen interaktif. Hasil rancangan museum pendidikan dan mainan anak Kolong tangga dengan pendekatan edukasi interaktif, pengunjung dapat berpartisipasi mengikuti kegiatan museum seperti workshop, pameran dan pertunjukan. Sedangkan pada penekanan konservasi kawasan, bangunan museum turut melestarikan kawasan dengan melakukan transformasi terhadap elemen bangunan indis maupun elemen garden city sehingga, tidak menimbulkan dilema bagi masyarakat untuk membedakan bangunan baru dan bangunan lama di kawasan Kotabaru. Kata kunci : Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga, Edukasi Interaktif, Konservasi, Bangunan Indis, Garden City