Taman khusus yang ada di DIY diharapkan terus berkembang seiring perkembangan kota, terlihat dari banyaknya kebutuhan area terbuka di DIY. Hubungan antara konservasi dan taman sangat penting, karena menjadi sebuah simbol kepedulian antara manusia dan satwa. Salah satunya adalah konservasi satwa yang hampir punah dan menjadi pusat konservasi sekaligus tempat berkumpulnya para pecinta reptil. Oleh karena itu, permasalahan yang diangkat pada TAMAN REPTIL KULON PROGO adalah Penekanan Desain berdasarkan Perilaku Reptil. Konsep ini diperoleh dengan cara melakukan transformasi dari karakter atau perilaku reptil. Berangkat dari aspek biologi tentang taksonomi ini dikelompokan menjadi 3 bagian yaitu Testudines, Crocodilia, dan Squamata, dan di bagian utama dari daman ini ialah pelatihan dan pembelajaran tentang karakter reptil. Kajian yang dilakukan mengenai bentuk yang seimbang dan memberikan pengalaman spasial bagi pengunjung. Ungkapan transformasi bentuk arsitektur dilakukan dengan cara mengkaji tata letak, material, skala, dan satwa itu sendiri sedangkan ungkapan transformasi pengalaman spasial kepada pengunjung dilakukan dengan kajian skala dan proporsi, irama, efek tekstur material, dan cahaya, warna dan suara. Perancangan yang dihasilkan berupa 2 gubahan massa bangunan yang saling bersinergi dengan 3 fungsi utama yang sesuai dengan satwanya, bangunan Museum (arkeolog tentang sejarah kura-kura jaman dulu) dan Bangunan Pameran (terbuka dan tertutup) dengan aktraksi dan pelatihan mental anak-anak dalam menghadapi rasa takut sejak dini. Kata Kunci : Taman Reptil, Konservasi, Perilaku Reptil, Psikologis.