TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LIMBAH MARMER SEBAGAI BAHAN PENGGANTI AGREGAT HALUS PADA PERKERASAN LAPIS ASPAL BETON (LASTON) (THE IMPLEMENTATION OF MARBLE WASTE FOR CHANGE THE FINE AGGREGATE TO MIX ASPHALT CONCRETE) Diajukan Kepada Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana Teknik Sipil Annisa Dini Nadhila 14511243 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2018 TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LIMBAH MARMER SEBAGAI BAHAN PENGGANTI AGREGAT HALUS PADA PERKERASAN LAPIS ASPAL BETON (LASTON) (THE IMPLEMENTATION OF MARBLE WASTE FOR CHANGE THE FINE AGGREGATE TO MIX ASPHALT CONCRETE) Disusun oleh Annisa Dini Nadhila 14511243 Telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh derajat Sarjana Teknik Sipil Diuji pada tanggal 19 Desember 2018 Oleh Dewan Penguji Pembimbing Penguji 1 Penguji 2 Ir. Subarkah, M.T. Prima Juanita Romadhona, S.T.,M.Sc. Miftahul Fauziah, S.T., M.T., Ph.D. NIK: 865110101 NIK: 135111103 NIK: 955110103 Mengesahkan, Ketua Prodi Studi Teknik Sipil Dr. Ir. Sri Amini Yuni Astuti, M.T. NIK: 885110101 PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI Saya menyatakan bahwa laporan Tugas Akhir yang saya susun sebagai syarat untuk penyelesaian program Sarjana di Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia merupakan hasil karya sendiri. Adapun terdapat beberapa bagian dalam penulisan Tugas Akhir yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan dalam sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan karya ilmiah. Apabila ditemukan seluruh atau sebagian laporan Tugas Akhir ini bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiasi dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi. Yogyakarta, November 2018 Yang membuat Pernyataan, Annisa Dini Nadhila 14511243 LEMBAR PERSEMBAHAN ????? ?????? ???? ???????? ?????? ???????? ? ????? ????? ????????? ???????? ?????????? ??????????? “Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.” (QS. An Nahl: 53) KATA PENGANTAR Alhamdulillahi robbil’alamin, rasa syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Pemanfaatan Limbah Marmer Sebagai Bahan Pengganti Agregat Halus Pada Perkerasan Lapis Aspal Beton (Laston)” dapat disusun dan diselesaikan untuk menjadi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknik pada program studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia. Semua yang telah dilakukan selama proses penyusunan Tugas Akhir ini, tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan saran yang memotivasi penulis untuk tetap maju dan semangat. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Bapak Ir. Subarkah, MT., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, serta pikirannya untuk membimbing dengan sabar, serta memberikan banyak masukan kepada peneliti. 2. Ketua program studi dan seluruh dosen pengajar beserta staf di program studi Teknik Sipil. 3. Orang tua, serta kakak saya yang selalu memberikan arahan, semangat, dan doa selama proses penyusunan Tugas Akhir. 4. Teman seperjuangan Eva, Arum, Sandy, dan lain-lain yang selalu setia mendengarkan keluh kesah, memberikan semangat, membatu saya membuat benda uji, dan doa selama proses penyusunan Tugas Akhir. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat kekurangan, sehingga penulis menerima kritikan, koreksi, serta saran dari berbagai pihak yang bertujuan untuk perbaikan skripsi ini. Demikian, semoga skripi ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi banyak pihak, terima kasih. Yogyakarta, November 2018 Penulis, Annisa Dini Nadhila 14511243 DAFTAR ISI TUGAS AKHIR i TUGAS AKHIR ii PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI iii LEMBAR PERSEMBAHAN iv KATA PENGANTAR v DAFTAR ISI vii DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR xii DAFTAR LAMPIRAN xiii DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN xv ABSTRAK xvi ABSTRACT xvii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 2 1.3 Tujuan Penelitian 2 1.4 Manfaat Penelitian 3 1.5 Batasan Penelitian 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 2.1 LASTON (AC-WC) 4 2.2 Pengaruh Limbah Marmer Pada Campuran Aspal 4 2.3 Pengaruh Rendaman Air Pada Campuran Aspal 5 BAB III LANDASAN TEORI 7 3.1 Perkerasan Jalan 7 3.1.1 Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) 8 3.2 Lapis Aspal Beton (LASTON) 9 3.3 Bahan Penyusun Perkerasan Jalan 11 3.3.1 Agregat 11 3.3.2 Aspal 14 3.3.3 Bahan Pengisi (filler) 16 3.4 Marmer 16 3.5 Karakteristik Pengujian Marshall 16 3.6 Karakteristik Pengujian Perendaman (Immersion Test) 20 BAB IV METODE PENELITIAN 22 4.1 Tinjauan Umum 22 4.2 Data 22 4.3 Lokasi dan Waktu Pengambilan Data 22 4.4 Alat dan Bahan yang Digunakan 22 4.5 Prosedur Pengambilan Data 23 4.5.1 Pengujian Material 23 4.5.2 Persiapan Alat 25 4.5.3 Perancangan Campuran (Mix Design) 26 4.5.4 Pengujian Marshall 32 4.5.5 Immersion Test 33 4.6 Analisi Data 34 4.7 Diagram atau Flowchart 37 BAB V DATA, ANALISIS DAN PEMBAHASAN 39 5.1 Data dan Analisis 39 5.1.1 Hasil Pengujian Karakteristik Agregat Kasar dan Agregat Halus 39 5.1.2 Hasil Pengujian Karakteristik Aspal 40 5.1.3 Gradasi Agregat untuk Campuran 40 5.1.4 Hasil Pengujian Campuran LASTON AC-WC untuk Menentukan Nilai Kadar Aspal Optimum 43 5.1.5 Kebutuhan Agregat pada Kadar Aspal Optimum 44 5.1.6 Hasil Pengujian Campuran LASTON AC-WC pada Kadar Aspal Optimum 45 5.2 Pembahasan 47 5.2.1 Karakteristik Agregat Kasar dan Agregat Halus 47 5.2.2 Karakteristik Aspal 49 5.2.3 Tinjauan Karakteristik Marshall Test untuk Mencari Kadar Aspal Optimum 50 5.2.4 Tinjauan Karakteristik Marshall Test pada Kadar Aspal Optimum dengan Variasi Lama Perendaman 56 5.2.5 Tinjauan Karakteristik Immersion Test 65 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 69 6.1 Kesimpulan 69 6.2 Saran 70 DAFTAR PUSTAKA 73 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Laston 10 Tabel 3.2 Gradasi Agregat Gabungan Untuk Campuran Aspal 11 Tabel 3.3 Persyaratan Agregat Kasar 12 Tabel 3.4 Persyaratan Agregat Halus 13 Tabel 3.5 Ketentuan-ketentuan Aspal Penetrasi dan Aspal Modifikasi 15 Tabel 3.6 Ketentuan-ketentuan Aspal Padat 15 Tabel 4.1 Gradasi Agregat Campuran LASTON AC-WC 27 Tabel 4.2 Kebutuhan Agregat Pada Kadar Aspal 5% 28 Tabel 4.3 Kebutuhan Agregat Pada Kadar Aspal 5.5% 29 Tabel 4.4 Kebutuhan Agregat Pada Kadar Aspal 6% 29 Tabel 4.5 Kebutuhan Agregat Pada Kadar Aspal 6.5% 30 Tabel 4.6 Kebutuhan Agregat Pada Kadar Aspal 7% 30 Tabel 4.7 Jumlah Benda Uji Kadar Aspal Optimum 31 Tabel 4.8 Jumlah Benda Uji Tiap Pengujian dan Perendaman 0 jam 31 Tabel 4.9 Jumlah Benda Uji Tiap Pengujian dan Perendaman 48 jam 31 Tabel 4.10 Jumlah Benda Uji Tiap Pengujian dan Perendaman 96 jam 31 Tabel 4.11 Berat Variasi Agregat Halus Pasir dan Agregat Halus Marmer 32 Tabel 5.1 Hasil Pengujian Agregat Kasar dan Agregat Halus 39 Tabel 5.2 Hasil Pengujian Agregat Halus Marmer 40 Tabel 5.3 Hasil Pengujian Aspal Pertamina Pen 60/70 40 Tabel 5.4 Kebutuhan Agregat Pada Kadar Aspal 5% 41 Tabel 5.5 Kebutuhan Agregat Pada Kadar Aspal 5,5% 41 Tabel 5.6 Kebutuhan Agregat Pada Kadar Aspal 6% 42 Tabel 5.7 Kebutuhan Agregat Pada Kadar Aspal 6,5% 42 Tabel 5.8 Kebutuhan Agregat Pada Kadar Aspal 7% 43 Tabel 5.9 Hasil Pengujian Marshall untuk Mencari KAO 44 Tabel 5.10 Kebutuhan Agregat Kadar Aspal Optimum pada Campuran LASTON AC-WC 45 Tabel 5.11 Rekapitulasi Hasil Pengujian Marshall pada KAO dengan 45 Durasi Perendaman 0 jam 45 Tabel 5.12 Rekapitulasi Hasil Pengujian Marshall pada KAO dengan 46 Durasi Perendaman 48 jam 46 Tabel 5.13 Rekapitulasi Hasil Pengujian Marshall pada KAO dengan 46 Durasi Perendaman 96 jam 46 Tabel 5.14 Rekapitulasi Hasil Pengujian IRS pada KAO 46 Tabel 5.15 Hasil Pengujian Sifat Fisik Agregat Kasar dan Agregat Halus 47 Tabel 5.16 Hasil Pengujian Sifat Fisik Aspal Pertamina Pen 60/70 49 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Struktur Perkerasan Lentur 8 Gambar 4.1 Gradasi Agregat Campuran LASTON AC-WC 27 Gambar 4.2 Bagan Air Penelitian 38 Gambar 5.1 Penentuan KAO pada Campuran LASTON AC-WC 44 Gambar 5.2 Grafik Hubungan Kadar Aspal Terhadap Nilai Stabilitas 51 Gambar 5.3 Grafik Hubungan Kadar Aspal Terhadap Nilai Flow 52 Gambar 5.4 Grafik Hubungan Kadar Aspal Terhadap Nilai MQ 53 Gambar 5.5 Hubungan Kadar Aspal Terhadap Nilai VITM 54 Gambar 5.6 Grafik Hubungan Kadar Aspal Terhadap Nilai VMA 55 Gambar 5.7 Grafik Hubungan Kadar Aspal Terhadap Nilai VFWA 56 Gambar 5.8 Hubungan Grafik Stabilitas Terhadap Agregat Halus Marmer 57 Gambar 5.9 Hubungan Grafik Stabilitas Terhadap Lama Rendaman 58 Gambar 5.10 Hubungan Grafik Agregat Halus Marmer Terhadap Flow 59 Gambar 5.11 Hubungan Grafik Flow Terhadap Lama Rendaman 60 Gambar 5.12 Hubungan Grafik Agregat Halus Marmer Terhadap MQ 61 Gambar 5.13 Hubungan Grafik Lama Rendaman Terhadap MQ 62 Gambar 5.14 Hubungan Grafik Agregat Halus Marmer Terhadap VITM 63 Gambar 5.15 Hubungan Grafik Agregat Halus Marmer Terhadap VMA 64 Gambar 5.16 Hubungan Grafik Agregat Halus Marmer Terhadap VFWA 65 Gambar 5.17 Hubungan Grafik Agregat Halus Marmer Terhadap IRS 66 Gambar 5.18 Grafik Hubungan Lama Rendaman dengan Nilai IRS 67 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Pemeriksaan Penetrasi Aspal 73 Lampiran 2. Pemeriksaan Kelekatan Aspal Terhadap Batuan 74 Lampiran 3. Pemeriksaan Titik Lembek Aspal 75 Lampiran 4. Pemeriksaan Daktilitas 76 Lampiran 5. Pemeriksaan Titik Nyala & Titik Bakar Aspal 77 Lampiran 6. Pemeriksaan Kelarutan Aspal Dalam CCL4 78 Lampiran 7. Pemeriksaan Berat Jenis Aspal 79 Lampiran 8. Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Halus 80 Lampiran 9. Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Halus Marmer 81 Lampiran 10. Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Kasar 82 Lampiran 11. Pemeriksaan Sand Equivalent 83 Lampiran 12. Pemeriksaan Keausan Agregat 84 Lampiran 13. Pemeriksaan Berat Jenis Filler Debu Batu 85 Lampiran 14. Hasil Pengujian Marshall dalam Mencari KAO Kadar Agregat Halus 86 Lampiran 15. Grafik Pengujian Marshall dalam Mencari KAO Kadar Agregat Halus Pengganti Marmer 87 Lampiran 16. Hasil Pengujian Marshall dengan Kadar Aspal Optimum Durasi Perendaman 0 Jam 88 Lampiran 17. Hasil Pengujian Marshall dengan Kadar Aspal Optimum Durasi Perendaman 48 Jam 89 Lampiran 18. Hasil Pengujian Marshall dengan Kadar Aspal Optimum Durasi Perendaman 0 Jam 90 Lampiran 19. Hasil Pengujian Marshall dengan KAO 91 Lampiran 20. Hasil Pengujian IRS dengan KAO Durasi Perendaman 0 Jam 92 Lampiran 21. Hasil Pengujian IRS dengan KAO Durasi Perendaman 48 Jam 93 Lampiran 22. Hasil Pengujian IRS dengan KAO Durasi Perendaman 96 Jam 94 Lampiran 23. Hasil Pengujian Marshall dengan Kadar Aspal Optimum Durasi Perendaman 0 Jam 95 Lampiran 24. Tabel Konstanta A0 96 Lampiran 25. Hasil Analisis Stabilitas Marshall dengan Anova Dua Arah 97 Lampiran 26. Hasil Analisis Flow Marshall dengan Anova Dua Arah 98 Lampiran 27. Hasil Analisis MQ Marshall dengan Anova Dua Arah 99 Lampiran 28. Hasil Analisis VITM Marshall dengan Anova Dua Arah 100 Lampiran 29. Hasil Analisis VMA Marshall dengan Anova Dua Arah 101 Lampiran 30. Hasil Analisis VFWA Marshall dengan Anova Dua Arah 102 Lampiran 31. Gambar Alat Pemeriksaan Berat Jenis Aspal 103 Lampiran 32. Gambar Alat Pemeriksaan Penetrasi Aspal 104 Lampiran 33. Gambar Alat Pemeriksaan Daktilitas Aspal 105 Lampiran 34. Gambar Alat Pemeriksaan Titik Nyala dan Titik Bakar Aspal 106 Lampiran 35. Gambar Alat Pemeriksaan Kelarutan Aspal dalam TCE 107 Lampiran 37. Gambar Alat Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Kasar 109 Lampiran 38. Gambar Alat Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Halus 110 Lampiran 39. Gambar Alat Pemeriksaan Kelekatan Agregat terhadap Aspal 111 Lampiran 40. Gambar Alat Pemeriksaan Keausan Agregat 112 Lampiran 41. Gambar Alat Pemeriksaan Sand Equivalent 113 Lampiran 42. Gambar Alat Analisis Saringan 114 Lampiran 42. Gambar Alat Pembuatan Sampel 115 Lampiran 44. Gambar Alat Pengujian Marshall dan Immersion 116 Lampiran 45. Gambar Benda Uji Penelitian 117 DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN LASTON = Lapis Aspal Beton KAO = Kadar Aspal Optimum MQ =Marshall Quotient VITM = Void In The Total Mix VMA =Void In Mineral Aggregate VFWA =Void Filled With Asphalt IRS = Immersion Test A0 = Konstanta (tabel A0 terlampir pada lampiran) Gmb = Berat jenis bulk dari beton aspal padat Bk = Berat kering beton aspal padat BSSD = Berat kering permukaan beton aspal yang telah dipadatkan Ba = Berat beton aspal padat di dalam air Gmm = Berat jenis maksimum dari campuran beton aspal yang belum dipadatkan Pa = Kadar aspal terhadap berat beton aspal padat Ps = Kadar agregat terhadap berat beton aspal padat Ga = Berat jenis aspal Gse = Berat jenis efektif dari agregat pembentuk beton aspal padat Gsb = Berat jenis bulk dari agregat pembentuk beton aspal padat S1 = Stabilitas Marshall Perendaman 24 jam S2 = Stabilitas Marshall Perendaman 0,5 jam ABSTRAK Di Indonesia terdapat beberapa permukaan jalan yang rusak akibat genangan air yang menyebabkan kerusakan pada struktur perkerasan aspal. Salah satu campuran perkerasan aspal yang memiliki peran penting yaitu agregat halus pasir namun semakin lama pasir akan menipis dan tidak dapat diperbaharui. Alternatif pengganti pasir adalah limbah marmer karena memiliki sifat CaO yang dapat menambah distribusi pengikat pada campuran aspal. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui karakteristik Marshall dan nilai IRS pada campuran LASTON AC-WC menggunakan variasi limbah marmer sebagai bahan pengganti agregat halus dengan durasi rendaman 0 jam, 48 jam, 96 jam. Penelitian dimulai dengan pemeriksaan sifat fisik agregat, aspal, dan menentukan nilai perkiraan kadar aspal optimum. Kemudian membuat benda uji untuk menentukan KAO. Setelah mendapatnya nilai KAO, selanjutnya membuat benda uji tiap variasi 0%, 25%, 50%, 75% dan 100% lalu dilanjutkan merendam dengan durasi perendaman 0 jam, 48 jam, dan 96 jam, kemudian melakukan uji Marshall dan Immersion. Pemeriksaan sifat fisik agregat dan aspal mengacu pada spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi 3. Hasil pengujian menunjukkan ada peningkatan nilai stabilitas, flow, MQ, dan VFWA. Peningkatan stabilitas terjadi pada kadar marmer 50% kemudian menurun pada kadar 75% sebesar 26,50% pada rendaman 0 jam, 18,46% pada rendaman 48 jam, dan 23,31% pada rendaman 96 jam. Nilai flow mengalami peningkatan sebesar 7,19% pada rendaman 0 jam, 9,35% pada rendaman 48 jam, dan 5,96% pada rendaman 96 jam. Nilai MQ mengalami peningkatan hingga kadar marmer 50% dan terjadi penurunan pada kadar marmer 75% sebesar 34,32% pada rendaman 0 jam, 28,82%% pada rendaman 48 jam, dan 29,68% pada rendaman 96 jam. Nilai IRS limbah marmer dengan durasi perendaman yang memenuhi spek. Bina Marga 2010 Rev. 3 yaitu >90% adalah kadar marmer 0% sampai 100% pada rendaman 0 jam, kadar marmer 0% sampai 50% pada rendaman 48 jam, kadar marmer 0% sampai 25% pada rendaman 96 jam. Kata-kata Kunci : LASTON AC-WC, Limbah Marmer, Rendaman, Marshall, Immersion. ABSTRACT There were some damage of road surface in Indonesia that caused of the puddle and lead to a damage structure of the asphalt pavement. One mixture of asphalt pavement which had an important role was the fine aggregate or sand, but in long term period the sand would be thinned and not renewable. Alternative substitute for sand was marble waste because it had CaO content which could increase the binder distribution in asphalt mixture. The purpose of this study was to determine the characteristics of Marshall and IRS values ??in AC-WC LASTON mixture by using marble waste as the alternative of fine aggregate material with soak duration of 0 hours, 48 ??hours, 96 hours. The research began with the examination of aggregate physical properties, asphalt and estimated the KAO’s value, then made the sample to determine KAO. After that, made the sample in each variant 0%, 25%, 50%, 75% and 100%, then soaked in 0 hours, 48 hours, 96 hours, last Marshall and Immersion testing. Aggregate and asphalt physical properties referred to Bina Marga specifications 2010 3rd revision 3. The result of that test showed there was an increase value of the stability, flow, MQ, and VFWA. Increase of stability occurred 50 % to marble’s content and decreased 75% to the content in the amount of 26,50% after 0 hours soaking, 18,46% after 48 hours soaking, and 23,31% after 96 hours soaking. Flow’s value had increased in the amount of 7,19% after 0 hours soaking, 9,35% after 48 hours soaking, and 5,96% after 98 hours soaking. MQ’s value had the increase up to 50% marble’s content and had the decrease of 75% marble’s content in the amount of 34,32% after 0 hours soaking, 28,82% after 48 hours soaking, and 29,68% after 96 hours soaking. Waste marble IRS’s value in the duration of soaking that fulfilled Bina Marga 2010 3rd revision specification was >90% is 0% until 100% marble’s content after 0 hours soaking, 0% until 50% marble’s content after 48 hours soaking, 0% until 25% marble’s content after 96 hours soaking. Keywords : Mix Asphalt Concrete, Marble Waste, Soaked, Marshall, Immersion. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan raya merupakan bagian dari sarana transportasi yang memiliki peranan penting, karena jalan merupakan fasilitas penting bagi manusia untuk menghubungkan suatu tempat ke tempat yang lain. Seiring dengan perkembangan kota dan peningkatan ekonomi, serta kebutuhan masyarakat yang setiap harinya semakin meningkat. Pemerintah Indonesia harus melakukan pembangunan dan peningkatan mutu jalan agar kebutuhan manusia dapat terpenuhi. Kebutuhan tersebut dapat terpenuhi jika jalan yang mereka gunakan dalam kondisi yang baik, aman, dan nyaman. Namun, terdapat beberapa wilayah di Indonesia dengan kondisi jalan yang kurang baik. Hal ini disebabkan adanya genangan air pada permukaan jalan yang mengakibatkan struktur perkerasan jalan secara perlahan akan terkikis. Oleh sebab itu, dibutuhkan campuran perkerasan jalan yang memiliki kualitas baik. Lapis Aspal Beton (LASTON) merupakan suatu lapisan pada konstruksi jalan raya yang terdiri dari agregat kasar, agregat halus, filler, dan aspal keras yang dicampur, dihampar, dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu. Agregat kasar dan agregat halus pada umumnya menempati 60% - 75% dari volume beton. Agregat halus merupakan salah satu material penting pada lapis aspal beton (laston) yang berfungsi sebagai bahan pengisi rongga-rongga kosong pada campuran laston. Agregat halus yang biasa digunakan yaitu pasir dengan kadar lumpur < 5%. Pasir merupakan sumber daya alam yang semakin lama akan habis dan tidak dapat diperbaharui. Sehingga dibutuhkan alternatif lain sebagai bahan pengganti agregat halus. Limbah marmer adalah sisa limbah yang dihasilkan pada saat proses pengolahan pembuatan marmer yang tidak dimanfaatkan ataupun sisa limbah pembangunan yang tidak digunakan lagi. Maka diperlukan suatu upaya pemanfaatan limbah marmer menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat, salah satunya digunakan sebagai bahan alternatif pengganti agregat halus pada campuran lapis aspal beton. Material ini terus menerus akan semakin meningkat seiring banyaknya pabrik yang memproduksi marmer. Yogyakarta merupakan salah satu daerah yang cukup banyak pabrik yang memproduksi marmer. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan adanya pengaruh penggunaan limbah marmer sebagai salah satu bahan pengganti campuran aspal pada peningkatan kualitas perkerasan. Pada penelitian sebelumnya, limbah marmer digunakan sebagai bahan pengganti agregat kasar dan filler. Oleh karena itu, penelitian ini ingin mengetahui pengaruh limbah marmer sebagai bahan pengganti agregat halus pada ketahanan perkerasan aspal terhadap genangan air. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang dapat diamati dan dianalisis pada penelitian ini sebagai berikut. 1. Bagaimana variasi limbah marmer sebagai bahan pengganti agregat halus mempengaruhi karakteristik Marshall pada campuran LASTON AC-WC? 2. Bagaimana lama rendaman mempengaruhi karakteristik Marshall pada campuran LASTON AC-WC? 3. Bagaimana lama rendaman mempengaruhi nilai Index of Retained Strength (IRS) campuran LASTON AC-WC yang menggunakan variasi limbah marmer sebagai bahan pengganti agregat halus? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui karakteristik Marshall pada campuran LASTON AC-WC yang menggunakan variasi limbah marmer sebagai bahan pengganti agregat halus. 2. Mengetahui karakteristik Marshall pada campuran LASTON AC-WC dengan variasi rendaman. 3. Mengetahui nilai Index of Retained Strength (IRS) campuran LASTON AC-WC yang menggunakan variasi limbah marmer sebagai bahan pengganti agregat halus dengan variasi rendaman. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang didapat dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah durasi perendaman memiliki pengaruh terhadap karakteristik campuran LASTON AC-WC yang menggunakan variasi limbah marmer sebagai bahan pengganti agregat halus yang diharapkan dapat menghasilkan formula yang baik untuk meningkatkan mutu perkerasan campuran. 1.5 Batasan Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian ini dibuat batasan-batasan yang bertujuan untuk membuat cakupan penelitian tidak terlalu jauh dari tujuan pembahasan dan topik permasalahan. Adapun batasan penelitian sebagai berikut. 1. Bahan ikat yang digunakan aspal Pertamina Pen. 60/70. 2. Jenis campuran yang digunakan adalah campuran aspal panas (hotmix) dan variasi limbah marmer (0%, 25%, 50%, 75%, 100). 3. Limbah marmer yang digunakan diperoleh dari salah satu pabrik di daerah Kalasan, Yogyakarta. 4. Lama rendaman 0 jam, 48 jam, dan 96 jam. 5. Melakukan Marshall Test dan Immersion Test. 6. Agregat marmer tidak diuji sifat fisiknya kecuali berat jenis. 7. Penelitian dilakukan di Laboratorium Jalan Raya, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LASTON (AC-WC) Lapisan aspal beton adalah suatu lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat, dicampur dan dihampar dalam keadaan panas serta dipadatkan pada suhu tertentu (Sukirman, 1992). Ciri lainnya adalah memiliki sedikit rongga dalam struktur agregatnya, saling mengunci satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, aspal beton memiliki sifat stabilitas tinggi dan relatif kaku. Tebal minimum untuk aspal beton adalah 4 cm – 6 cm (Dep. Kimpraswil, 2002) dalam (Ermitha, 2007). Lapis aspal beton dapat digunakan untuk lapis aus (AC-WC), lapis pengikat (AC-BC), dan lapis fondasi (AC-Base). Lapis aus merupakan lapis permukaan paling atas yang menerima langsung dampak lalu lintas. Lapis pengikat berada dibawah lapis aus dan berada diatas lapis fondasi. Lapisan-lapisan tersebut harus cukup kuat dan stabil terhadap beban yang akan terjadi nantinya. Khususnya untuk lapis permukaan (lapis aus) harus cukup halus daripada ban kendaraan, agar kendaraan yang melintas tidak tergelincir dan nyaman bagi penumpangnya. 2.2 Pengaruh Limbah Marmer Pada Campuran Aspal Amal (2015) meneliti tentang pemanfaatan limbah marmer yang digunakan sebagai bahan pengganti agregat kasar pada campuran aspal beton. Kadar limbah marmer yang digunakan pada penelitian ini sebesar 5%, 10%, 15%, 20%, 25%, 30%, dan 35%. Menurut Syaiful Amal limbah marmer yang dimanfaatkan sebagai bahan pengganti agregat kasar mempengaruhi terhadap nilai karakteristik Marshall. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan kadar limbah marmer optimum sebesar 17,5% menghasilkan kualitas campuran untuk stabilitas 1050 kg, Marshall Quotient 2,5 KN/mm, volume air void 4,5% dan film thickness sebesar 8,8 mm. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zulkifli, dkk (2012) tentang limbah marmer yang digunakan sebagai filler pada campuran beton lapis antara (AC-BC). Bahan pengganti tersebut menujukkan bahwa semakin tinggi limbah marmer yang digunakan pada campuran maka untuk nilai VITM dan nilai flow meningkat. Nilai VITM yang didapatkan meningkat dari 4,5% menjadi 4,8%, sedangkan untuk nilai flow meningkat dari 3,5 mm menjadi 3,7 mm. Kadar marmer yang digunakan yaitu 0%, 50% dan 100%, dimana peningkatan tersebut terjadi pada kadar marmer sebesar 100%. Penelitian tentang limbah marmer sebagai bahan pengganti agregat kasar pada campuran Hot Roller Sheet-Binder Course (HRS-BC) pernah dilakukan oleh Ermitha (2007) dengan 5 variasi campuran yaitu variasi I 100% limbah marmer dengan KAO 5,8%, variasi II 75% limbah marmer dengan KAO 5,94%, variasi III 50% limbah marmer dengan KAO 6,04%, variasi IV 25% limbah marmer dengan KAO 6,1%, dan variasi V 100% batu pecah dengan KAO 6,27%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui durabilitas dengan waktu rendaman ˝ jam dan 24 jam. Hasil dari pengujian dan analisis menunjukkan bahwa variasi I memiliki nilai VMA dan VIM paling rendah, sedangkan untuk nilai VMA dan VIM tertinggi dimiliki variasi IV. Berdasarkan penelitian, untuk kadar marmer 50% atau dibawah 50% dapat digunakan sebagai alternatif bahan agregat kasar perkerasan jalan jenis HRS-BC. 2.3 Pengaruh Rendaman Air Pada Campuran Aspal Agus (2014) meneliti tentang pengaruh penuaan dan lama perendaman terhadap durabilitas pada campuran AC-WC. Peneliti menggunakan 2 metode untuk proses penuaan, yaitu jangka pendek (Short Term Oven Aging, STOA) dan jangka panjang (Long Term Oven Aging, LTOA). Metode jangka pendek dengan cara benda uji di oven pada suhu 135°C sebelum pemadatan selama 4 jam, sedangkan untuk metode jangka panjang dengan melakukan pengovenan dengan suhu 85°C setelah dipadatkan selama 48 jam. Variasi yang digunakan oleh peneliti yaitu 0,5 jam, 24 jam, dan 48 jam. Hasil yang didapat adalah semakin lama proses penuaan dan waktu perendaman mengakibatkan turunnya Penelitian tentang studi pengaruh genangan banjir jalan terhadap kinerja campuran perkerasan berasal di kota Makassar dilakukan oleh Pasereng (2014) dengan kadar aspal 4%, 4,5%, 5%, 5,5%, 6%, 6,5%, 7% dan lama rendaman 1 jam, 6 jam, 12 jam, dan 24 jam. Penelitian bertujuan untuk mengetahui berapa nilai kerusakan pada jalan setelah terendam oleh air hujan. Dari hasil analisis dapat dikatakan bahwa terjadinya penurunan pada nilai stabilitas dengan perendaman air hujan pada durasi yang sudah ditentukan, dan air yang meresap ke dalam perkerasan menyebabkan retakan pada struktur perkerasan jalan. 1. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi, dan selama masa pelayanannya diharapkan tidak terjadi kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan dapat sesuai dengan harapan, maka pengetahuan tentang sifat dari bahan penyusun perkerasan jalan diperlukan menurut Sukirman (2003). Bahan ikat perkerasan jalan dikelompokkan sebagai berikut ini. 1. Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) Perkerasan lentur merupakan perkerasan yang berbahan ikat aspal, yang memiliki sifat lentur pada saat cuaca panas. Material pada perkerasan lentur di hampar pada suhu yang tinggi ± 100°C. Perkerasan lentur menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar yang dipadatkan melalui beberapa lapisan sebagai berikut : a. lapisan permukaan, b. lapisan pondasi atas, c. lapisan pondasi bawah, dan d. lapisan tanah dasar. 2. Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) Perkerasan kaku merupakan perkerasan yang bahan utamanya menggunakan beton, sehingga perkerasan ini bersifat kaku. Perkerasan kaku terdiri dari plat beton dengan tulangan di atas tanah dasar dengan atau tanpa pondasi bawah. Beban lalu lintas yang diterima kemudian diteruskan ke permukaan perkerasan. Perkerasan kaku bisa dikelompokkan atas: a. perkerasan kaku semen yang terbuat dari beton semen baik yang bertulang ataupun tanpa tulangan. b. perkerasan kaku komposit yang terbuat dari komposit sehingga lebih kuat dari perkerasan semen, sehingga baik untuk digunakan pada landasan pesawat udara di bandara. 3.1.1 Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) Sukirman (2003) menyatakan bahan yang umum digunakan untuk lapis permukaan adalah sebagai berikut ini. 1. Lapis Aspal Beton (LASTON) Lapis Aspal Beton merupakan suatu lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri dari agregat kasar, agregat halus, filler, dan bahan ikat yaitu aspal keras yang dicampur, di hampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu yang telah ditentukan. 2. Lapis Tipis Aspal Beton (LATASTON) Lapis Tipis Aspal Beton atau biasa disebut sebagai hot roller sheet (HRS). Hot Roller Sheet merupakan lapis penutup yang terdiri dari agregat bergradasi senjang, bahan pengisi (filler), dan aspal keras dengan perbandingan tertentu yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu dengan tebal padat 2,5 cm sampai 3 cm. 3. Lapis Tipis Aspal Pasir (LATASIR) Lapis Tipis Aspal Pasir merupakan lapis penutup yang terdiri dari campuran pasir dan aspal keras yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu dengan ketebalan 1 cm sampai 2 cm. Susunan struktur lapis perkerasan lentur jalan dari bagian atas ke bawah dapat dilihat pada Gambar 3.1 dibawah ini. Gambar 3.1 Struktur Perkerasan Lentur (Sumber: Bina Marga, 1987) 3.2 Lapis Aspal Beton (LASTON) Lapis Aspal Beton merupakan suatu lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri dari agregat kasar, agregat halus, filler, dan aspal keras yang dicampur, di hampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu. Tebal minimum aspal beton adalah 4 cm – 6 cm (Dep. Kimpraswil, 2002) dalam (Ermitha, 2007). Lapis aspal beton lebih peka terhadap variasi kadar aspal maupun variasi gradasi agregat daripada lataston. Berdasarkan fungsinya, campuran laston dibedakan menjadi 3 jenis yaitu: 1. beton aspal lapis aus (AC-WC) dengan tebal minimum 4,0 cm, 2. beton aspal lapis pengikat (AC-BC) dengan tebal minimum 5,0 cm, dan 3. beton aspal lapis fondasi (AC-Base) dengan tebal minimum 6,0 cm. Menurut Sukirman (2003), ada tujuh karakteristik campuran yang harus dimiliki oleh aspal beton adalah sebagai berikut ini. 1. Stabilitas umur rencana Stabilitas merupakan ukuran kemampuan lapis perkerasan dalam menerima beban lalu lintas tanpa adanya perubahan bentuk tetap seperti gelombang, alur, ataupun bleeding. 2. Durabilitas Durabilitas merupakan kemampuan perkerasan dalam menerima repitisi beban lalu lintas, gesekan antar roda kendaraan dengan permukaan jalan, serta menahan keausan akibat pengaruh cuaca dan iklim seperti udara, air, dan perubahan temperatur. 3. Fleksibilitas Fleksibilitas atau kelenturan merupakan kemampuan beton aspal untuk dapat menyesuaikan diri akibat penurunan dan pergerakan dari fondasi atau tanah dasar tanpa terjadi retak. 4. Tahanan Geser Tahanan Geser atau kekesatan merupakan kemampuan pada permukaan perkerasan pada saat kondisi permukaannya basah, yaitu memberikan gaya gesek pada roda kendaraan agar kendaraan yang melintas tidak tergelincir. 5. Kedap Air Kedap air merupakan kemampuan campuran beton aspal untuk tidak dapat dimasuki oleh air ataupun udara. 6. Ketahanan kelelahan Ketahanan terhadap kelelahan merupakan kemampuan perkerasan dalam menerima tekanan dari beban lalu lintas yang berulang tanpa terjadinya kelelahan berupa alur atau retak. 7. Mudah dilaksanakan (Workability) Workability adalah kemampuan campuran beton aspal agar mudah dihamparkan dan dipadatkan. Ketentuan sifat-sifat campuran aspal panas dan spesifikasi agregat campuran aspal menurut Spesifikasi Bina Marga 2010 untuk Laston (AC) dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2 berikut ini. Tabel 3.1 Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Laston Sifat-sifat Campuran   LASTON AC-WC AC-BC AC-Base Halus Kasar Halus Kasar Halus Kasar Kadar Aspal Efektif (%) Min 5,1 4,3 4,3 4,0 4,0 3,5 Penyerapan Aspal (%) Maks 1,2 Jumlah Tumbukan per Bidang   75 112 Rongga dalam Campuran (%) Min 3,5 Maks 5,0 Rongga dalam Agregat (%) Min 15 14 13 Rongga Terisi Aspal (%) Min 65 63 60 Stabilitas Marshall (kg) Min 800 1800 Pelelehan (mm) Min 3,0 4,5 Marshall Quotient (kg/mm) Min 250 300 Stabilitas Marshall Sisa setelah Perendaman 24 jam, 60°C (%) Min 90 Rongga dalam Campuran pada Kepadatan Membal (%) Min 2,5 Sumber : Bina Marga (2010) Tabel 3.2 Gradasi Agregat Gabungan Untuk Campuran Aspal No. Saringan Ukuran Ayakan (mm) LASTON (AC) WC BC Base  1,5” 37,5     100 1” 25   100 90-100 ľ” 19 100 90-100 76-90 ˝” 12,5 90-100 75-90 60-78 3/8” 9,5 77-90 66-82 52-71 #4 4,75 53-69 46-64 35-54 #8 2,36 33-53 30-49 23-41 #16 1,18 21-40 18-38 13-30 #30 0,600 14-30 12-28 10-22 #50 0,300 9-22 7-20 6-15 #100 0,150 6-15 5-13 4-10 #200 0,075 4-9 4-8 3-7 Sumber : Bina Marga (2010) 3.3 Bahan Penyusun Perkerasan Jalan Dalam penelitian ini terdapat beberapa bahan penyusun perkerasan jalan yang akan diuraikan sebagai berikut ini. 3.3.1 Agregat Sukirman (2003) menyatakan bahwa agregat dapat didefinisikan secara umum sebagai formasi kulit bumi yang keras dan padat. Agregat merupakan komponen utama dari struktur perkerasan jalan, yaitu 90%-95% agregat berdasarkan persentase berat. Dengan demikian kualitas perkerasan jalan ditentukan dari sifat agregat dan hasil campuran agregat dengan material lain. Berdasarkan ukuran butir, agregat dapat dibedakan atas agregat kasar, agregat halus dan bahan pengisi (filler). Bahan-bahan tersebut yang digunakan untuk konstruksi perkerasan jalan berfungsi untuk menahan beban lalu lintas. Oleh karena itu agregat merupakan komponen terpenting dalam sebuah konstruksi perkerasan jalan. Menurut Asphalt Institute (1997), penentuan gradasi berdasarkan total persen berat agregat yang melewati ukuran saringan yang telah ditentukan. Fraksi-fraksi terdiri dari agregat kasar (tertahan saringan No. 8 (2,36 mm)), agregat halus (lolos saringan No.8 (2,36 mm)), dan filler (tertahan saringan No. 200 (0.075 mm)). 1. Agregat Kasar Menurut Bina Marga (2010) agregat kasar dengan butiran tinggal di atas ayakan No. 4. Fraksi agregat kasar untuk perencanaan ini adalah agregat yang tertahan saringan 2,36 mm (No. 8). Agregat kasar untuk keperluan pengujian harus terdiri dari kerikil atau batu pecah dan harus disediakan dalam ukuran normal. Agregat kasar berpengaruh terhadap perkerasan jalan, karena dengan adanya agregat kasar akan membuat perkerasan tersebut lebih stabil atau skid resistance (tahan terhadap selip) yang tinggi, sehingga menjamin terhadap keamanan dan kenyamanan pengendara. Adapun persyaratan agregat kasar dapat dilihat pada Tabel 3.3 sebagai berikut. Tabel 3.3 Persyaratan Agregat Kasar No Pengujian Standar Nilai 1 Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium dan magnesium sulfat SNI 3407 : 2008 Maks. 12% 2 Berat Jenis SNI 1969 : 2008 ? 2,5 3 Abrasi dengan Mesin Los Angeles Campuran AC bergradasi kasar SNI 2417 : 2008 Maks. 30% 4 Semua jenis campuran aspal bergradasi lainnya Maks. 40% 5 Penyerapan Agregat terhadap air SNI 1969 : 2008 ? 3% Sumber : Bina Marga (2010) Lanjutan Tabel 3.3 Pesyaratan Agregat Kasar No Pengujian Standar Nilai 6 Angularitas (kedalaman dari permukaan ? 10 cm) DoT’s Pennylvania Test Method PTM No. 621 95/90 7 Angularitas (kedalaman dari permukaan ? 10 cm) 80/75 8 Partikel pipih dan lonjong ASTM D4791 perbandingan 1:5 Maks. 10% 9 Material lolos ayakan No. 200 SNI 03-4132-1996 Maks. 1% 10 Kelekatan agregat terhadap aspal SNI-06-2439-1991 ? 95% Sumber : Bina Marga (2010) 2. Agregat Halus Bina Marga (2010) menyatakan bahwa agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau hasil pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos saringan 2,36 mm (No. 8). Agregat halus harus bahan yang bersih, keras, tidak mengandung lempung ? 5%. Adapun persyaratan agregat halus dapat dilihat pada Tabel 3.4 sebagai berikut. Tabel 3.4 Persyaratan Agregat Halus No Jenis Pengujian Standar Nilai Persyaratan 1 Berat Jenis SNI 1970 : 2008 ? 2,5 2 Penyerapan Agregat Terhadap Air SNI 1970 : 2008 ? 3 3 Nilai Setara pasir SNI-03-4428-9917 Min. 60% 4 Kadar lempung SNI 3423: 2008 Maks. 1% 5 Angularitas (kedalaman dari permukaan ? 10 cm) SNI-03-6877-2002 Min. 45 6 Angularitas (kedalaman dari permukaan ? 10 cm) SNI-03-6877-2002 Min. 40 7 Sand Equivalent SNI 3423: 2008 ? 50 Sumber : Bina Marga (2010) 3.3.2 Aspal Aspal memiliki sifat termoplastik, yang mana akan menjadi keras jika temperatur berkurang dan akan menjadi lunak jika temperaturnya bertambah. Kegunaan dari aspal yaitu untuk mengikat antar agregat yang akan digunakan pada perkerasan jalan. Aspal yang biasa digunakan pada suatu campuran mengandung lilin karena aspal yang mengandung lilin lebih peka terhadap temperatur. Menurut Sukirman (2003) aspal yang mempunyai viskositas yang sama pada temperatur tinggi tetapi sangat berbeda viskositas pada temperatur rendah. Kepekaan terhadap temperatur akan menjadi dasar perbedaan umur aspal untuk menjadi retak atau mengeras. Bersama dengan agregat, aspal juga merupakan material pembentuk campuran perkerasan jalan. Rancangan campuran aspal yang baik yaitu bagaimana memilih agregat yang berkualitas dan menentukan tipe serta jumlah asal yang digunakan sebagai pengikat dari agregat tersebut. Sehingga didapatkan campuran aspal yang diharapkan mampu melayani dengan baik pada variasi pembebanan selama bertahun-tahun dengan kondisi lingkungan yang ada (Asphalt Institute, 1997 dalam MS-2). Aspal keras memiliki 2 jenis penetrasi, yaitu penetrasi tinggi dan penetrasi rendah. Aspal dengan penetrasi tinggi digunakan pada daerah dengan cuaca yang dingin serta lalu lintas yang rendah, sedangkan pada aspal dengan penetrasi rendah digunakan pada daerah bercuaca panas dan volume lalu lintas yang tinggi. Di Indonesia merupakan daerah dengan cuaca panas, sehingga menggunakan aspal dengan penetrasi 60/70 dan 80/100. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan digunakan aspal keras dengan penetrasi AC 60/70. Spesifikasi aspal padat mengikuti Spesifikasi Umum Bina Marga dapat dilihat pada Tabel 3.5 dan Tabel 3.6 berikut. Tabel 3.5 Ketentuan-ketentuan Aspal Penetrasi dan Aspal Modifikasi Jenis Pengujian Metode Penelitian Aspal Penetrasi 60/70 Aspal Modifikasi Elastomer Penetrasi pada 25° (0,1 mm) SNI 06-2456-1991 60-70 Min. 40 Titik Lembek (°C) SNI 2343:2011 ? 48 ? 48 Daktalitas pada 25°C (cm) SNI 2432:2011 ? 100 ? 100 Titik Nyala (°C) SNI 2433:2011 ? 232 ? 232 Kelarutan dalam Trichoroethylene (%) AASHTO T44-03 ? 99 ? 99 Berat Jenis SNI 2441:2011 ? 1,0 ? 1,0 Sumber : Bina Marga (2010) Tabel 3.6 Ketentuan-ketentuan Aspal Padat No Pengujian Metode Pengujian Satuan Persyaratan Min Max 1 Penetrasi (25°C, 5 dtk, 100 gr) SNI 06-2456-1991 0,1mm - 70 2 Penetrasi Setelah Kehilangan Berat SNI 06-2434-1991 % semula - - 3 Titik Nyala SNI 06-2433-1991 °C 225 - 4 Titik Lembek SNI 06-2434-1991 °C 48 58 5 Berat Jenis (25°C) SNI 06-2441-1991 gr/cc 1,0 - 6 Penurunan Berat SNI 06-2440-1991 % berat - - 7 Viscositas 170 Cst (Temp. Pencampuran) SNI 03-6721-2002 °C - - 8 Viscositas 280 Cst (Temp. Pemadatan) SNI 06-6721-2002 °C - - 9 Daktalitas (25°C, 5 cm/menit) SNI 06-2432-1991 cm 50 - Sumber : Bina Marga (2010) 3.3.3 Bahan Pengisi (filler) Filler adalah agregat yang lolos pada saringan No. 200. Filler atau biasa disebut juga dengan bahan pengisi bertugas untuk mengisi rongga antara partikel agregat kasar untuk mengurangi besarnya rongga pada campuran. Rongga udara pada agregat kasar diisi dengan partikel yang lolos saringan No. 200, sehingga membuat rongga udara lebih kecil dan kerapatan massanya lebih besar (Sukirman, 2003). 3.4 Marmer Batuan marmer merupakan batuan metamorf atau malihan yang terdiri dari mineral karbonat rekristalisasi (seperti kalsit atau dolomit). Proses terbentuknya batu marmer ini karena diakibatkan oleh proses metamorfosis batu kapur atau batu gamping (Kearey, 2001). Marmer banyak digunakan sebagai batu yang menghiasi rumah untuk lantai, dinding, bahkan furniture dan lain sebagainya. Dari hasil analisis kimia limbah marmer yang dilakukan oleh Zulkifli, dkk (2012), menunjukkan bahwa limbah marmer memiliki kandungan Kalsium Oksida (CaO) dengan nilai diatas 50%. Kandungan tersebut dapat menambah distribusi pengikat dalam campuran aspal. Marmer juga bisa sebagai bahan pengisi yang baik dalam mengisi rongga pada campuran. 3.5 Karakteristik Pengujian Marshall Metode pengujian Marshall dikembangkan oleh Bruce Marshall yang bekerja pada Departemen Raya Negeri Bagian Missisipi berkisar 1940-an. Pengujian ini bertujuan untuk mengukur daya tahan (stabilitas) campuran agregat dan aspal terhadap kelelehan plastis (flow). Menurut Sukirman (2003) alat Marshall merupakan alat tekan yang dilengkapi dengan proving ring (cincin penguji) dan flowmeter untuk mengukur kelelehan plastis atau flow. Benda uji Marshall berbentuk silinder berdiameter 4 inci atau 10,2 cm dan tinggi 2,5 inci atau 6,35 cm. Sifat-sifat campuran beton aspal dapat dilihat dari parameter-parameter pengujian Marshall sebagai berikut ini. 1. Berat jenis bulk beton aspal padat (Gmb) Berat jenis bulk beton aspal padat dapat diukur dengan menggunakan hukum Archimedes pada Persamaan 3.1. (3.1) dengan : Gmb = Berat jenis bulk dari beton aspal padat, Bk = Berat kering beton aspal padat (gram), BSSD = Berat kering permukaan beton aspal yang telah dipadatkan (gram), Ba = Berat beton aspal padat di dalam air (gram), dan BSSD - Ba = Volume bulk dari beton aspal padat, jika berat jenis air di asumsikan sama dengan 1. 2. Berat jenis maksimum beton yang belum dipadatkan (Gmm) Berat jenis maksimum beton aspal yang belum dipadatkan adalah berat jenis pada campuran beton aspal tanpa udara, yang diperoleh dari penelitian di laboratorium dengan menggunakan prosedur AASHTO T209-90 dengan menggunakan Persamaan 3.2. (3.2) dengan : Gmm = Berat jenis maksimum dari campuran beton aspal yang belum dipadatkan, Pa = Kadar aspal terhadap berat beton aspal padat (%), Ps = Kadar agregat terhadap berat beton aspal padat (%), Ga = Berat jenis aspal, dan Gse = Berat jenis efektif dari agregat pembentuk beton aspal padat. 3. Voids In Mineral Aggregate (VMA) VMA adalah rongga udara diantara agregat dalam campuran agregat dan aspal yang sudah dipadatkan dinyatakan dalam persentase. Nilai VMA meningkatkan karena agregat yang terselimuti aspal semakin tebal, atau agregat yang digunakan pada perkerasan bergradasi terbuka. Jika komposisi campuran ditentukan sebagai persentase dari berat beton aspal padat, maka VMA dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 3.3 (3.3) dengan : VMA = Volume pori antara agregat di dalam beton aspal padat, % dari volume bulk beton aspal padat, Gmb = Berat jenis bulk dari beton aspal padat, Ps = Kadar agregat, % terhadap berat beton aspal padat, dan Gsb = Berat jenis bulk dari agregat pembentuk beton aspal padat. 4. Voids In The Total Mix (VITM) VITM adalah volume pori yang masih tersisa setelah campuran beton aspal dipadatkan. Nilai VITM yang terlalu besar mengakibatkan beton aspal padat berkurang kekedapan airnya, yang berakibat terjadinya penuaan lebih cepat dan menurunkan sifat durabilitas beton aspal. Jika nilai VIM yang terlalu rendah kecil akan mengakibatkan perkerasan mengalami bleeding jika temperatur meningkat. Nilai VITM dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 3.4. (3.4) dengan : VITM = Volume pori dalam beton aspal padat, % dari volume bulk beton aspal padat, Gmb = Berat jenis maksimum dari beton aspal padat yang belum dipadatkan, dan Gmm = Berat jenis bulk dari agregat pembentuk beton aspal padat. 5. Voids Filled With Asphalt (VFWA) VFWA adalah volume pori beton aspal padat yang terisi oleh aspal, atau volume selimut aspal. Perhitungan dilakukan berdasarkan volume beton aspal padat = 100 cm3. VFWA dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 3.5. (3.5) dengan : VFWA = Volume pori antara butir agregat yang terisi aspal, % dari VMA, VMA = Volume pori antara agregat di dalam beton aspal padat, % dari volume bulk beton aspal padat, dan VITM = Volume pori dalam beton aspal padat, % dari volume bulk beton aspal padat, 6. Stabilitas (Stability) Pemeriksaan stabilitas diperlukan untuk mengukur ketahanan benda uji terhadap beban. Nilai stabilitas didapatkan dari pembacaan nilai arloji dikalikan dengan nilai kalibrasi proving ring, dan dikoreksi dengan angka koreksi akibat variasi ketinggian benda uji (Sukirman, 2003). Nilai stabilitas dapat diperoleh dengan menggunakan Persamaan 3.6. (3.6) dengan : q = Nilai stabilitas, p = Pembacaan arloji stabilitas x kalibrasi proving ring, dan q = Angka koreksi benda uji. 7. Kelelehan (Flow) Flowmeter adalah mengukur besarnya deformasi yang terjadi akibat beban. Sebelum dilakukan pemeriksaan, benda uji dipanaskan terlebih dahulu selama 30-40 menit dengan suhu 60°C di dalam waterbath agar temperatur benda uji sesuai dengan temperatur terpanas pada saat di lapangan. 8. Marshall Quotient (MQ) Marshall Quotient merupakan nilai perbandingan antara stabilitas dengan nilai flow yang digunakan sebagai pendekatan nilai kekakuan campuran. Jika nilai MQ tinggi maka semakin besar pula kekakuan suatu campuran sehingga rentan terhadap keretakan. Nilai MQ yang tinggi cenderung memiliki sifat kaku sehingga perkerasan tersebut mudah terjadi keretakan jika dilewati beban lalu lintas yang berlebih. Nilai MQ dapat dihitung menggunakan Persamaan 3.7 (3.7) dengan : MQ = Nilai Marshall Quotient (kg/mm), q = Nilai stabilitas (kg), dan r = Nilai kelelehan plastis/flow (mm). 3.6 Karakteristik Pengujian Perendaman (Immersion Test) Immersion Test memiliki prinsip yang sama dengan pengujian Marshall yang membedakan hanya waktu perendamannya saja. Benda uji pada Immersion Test direndam selama 0,5 jam dan 24 jam pada suhu konstan 60°C . Hasil perhitungan indeks tahanan campuran aspal (Index of Retained Strength) adalah persentase nilai stabilitas campuran yang direndam selama 0,5 jam dan 24 jam yang dibandingkan dengan stabilitas campuran biasanya. Nilai IRS dapat dihitung menggunakan Persamaan 3.8 (3.8) dengan : IRS = Indeks Stabilitas Sisa (%), S1 = Stabilitas Marshall Perendaman 24 jam (kg), dan S2 = Stabilitas Marshall Perendaman 0,5 jam (kg). BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Tinjauan Umum Metode Penelitian adalah tata cara yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian suatu masalah, kasus, atau yang lain secara ilmiah untuk memperoleh hasil yang rasio. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Metode eksperimen adalah metode yang dilakukan dengan cara percobaan terhadap benda yang akan diteliti secara langsung guna menyelidiki sebab akibat objek satu sama lain kemudian dibandingkan hasil penelitian ini. 4.2 Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer, yaitu berupa pengambilan batu marmer di lapangan, pengujian agregat, pengujian aspal, pengujian Marshall dan uji perendaman (immersion test). Hasil dari data-data tersebut akan membantu dalam menentukan nilai pada karakteristik Marshall dan mengetahui hasil perendaman. 4.3 Lokasi dan Waktu Pengambilan Data Pada penelitian ini limbah marmer yang digunakan berasal dari Jalan Raya Solo-Yogyakarta No.36, Kalasan, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan untuk pengambilan data dan pengujian akan dilakukan di Laboratorium Jalan Raya, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia pada April 2018. 4.4 Alat dan Bahan yang Digunakan Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu limbah marmer yang diambil dari Jalan Raya Solo – Yogyakarta, material lain yang diambil dari Laboratorium Jalan Raya. Alat yang digunakan selama penelitian diantaranya, yaitu: 1. satu set alat uji fisik agregat, 2. satu set alat uji aspal, 3. satu set alat uji karakteristik Marshall, dan 4. satu set uji perendaman (immersion test). 4.5 Prosedur Pengambilan Data Seluruh rangkaian penelitian dilakukan di Laboratorium Jalan Raya Teknik, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia. Tahapan penelitian yang dilakukan adalah persiapan material, pemeriksaan material seperti pengujian sifat fisik agregat dan pengujian aspal, persiapan alat pengujian, pembuatan benda uji, pengujian Marshall, dan pengujian perendaman (immersion). 4.5.1 Pengujian Material Pengujian material pada Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut. 1. Pengujian Aspal a. Pengujian penetrasi aspal (SNI 06-2456-1991) Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui aspal yang digunakan memiliki tingkat kekerasan yang keras atau lembek dengan cara memasukkan jarum ukuran tertentu, beban dan waktu tertentu kedalam aspal pada suhu tertentu. b. Pengujian titik lembek (SNI 06-2434-1991) Pengujian ini bertujuan untuk menentukan titik lembek aspal dan ter yang berkisar antara 30° sampai 200°C. c. Pengujian daktalitas (SNI 06-2432-1991) Pengujian daktalitas bertujuan untuk mengetahui sifat kohesi pada aspal dengan cara mengukur jarak terpanjang yang dapat ditarik antara dua cetakan yang berisi aspal keras sebelum putus pada suhu dan kecepatan tarik tertentu. Aspal dengan daktalitas yang lebih besar dapat mengikat butir-butir agregat lebih baik tetapi lebih peka terhadap perubahan temperatur. d. Pengujian berat jenis aspal (SNI 06-2441-1991) Pengujian ini bertujuan untuk menentukan berat jenis aspal keras dengan piknometer. Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat aspal atau ter dan berat air suling dengan volume yang sama pada suhu tertentu. e. Pengujian titik nyala dan titik bakar (SNI 06-2433-1991) Pengujian ini bertujuan untuk menentukan suhu saat aspal terlihat mengeluarkan percikan api di permukaan (titik nyala) dan suhu saat terlihat menyala sekurang-kurangnya 5 detik (titik bakar). f. Pengujian kelarutan dalam Tetra Chloride atau Trichloroethylene (SNI 06-2438-1991) Pengujian ini bertujuan untuk menentukan kadar aspal yang larut dalam karbon tetraklorida/karbon bisulfida. 2. Pengujian Agregat a. Pengujian berat jenis dan penyerapan agregat halus Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan berat jenis (bulk), berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) dan berat jenis semu, serta penyerapan dari agregat halus. b. Pengujian berat jenis dan penyerapan agregat kasar Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan berat jenis (bulk), berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) dan berat jenis semu, serta penyerapan dari agregat kasar. c. Pengujian kelekatan oleh aspal Kelekatan agregat oleh aspal adalah persentase luas permukaan batuan yang terselimuti oleh aspal terhadap keseluruhan luas permukaan. d. Pengujian analisis saringan agregat halus dan kasar Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus dan kasar dengan menggunakan saringan. e. Pengujian Sand Equivalent Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan kadar debu atau lumpur atau bahan lain yang berada pada tanah atau agregat halus. f. Pengujian keausan agregat dengan mesin Los Angeles Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan ketahanan agregat kasar terhadap keausan dengan menggunakan mesin Los Angeles. 4.5.2 Persiapan Alat Penelitian dilakukan di Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut. 1. Mesin Los Angeles, saringan standar dan vibrator, dan tabung Sand Equivalent untuk pengujian fisik agregat. 2. Alat uji fisik aspal, seperti alat ukur penetrasi aspal, daktilitas aspal, kelarutan aspal, titik lembek aspal, titik nyala dan titik bakar aspal. 3. Cetakan benda uji berbentuk silinder (mold) berdiameter 10 cm (4”) dan tinggi 7,5 cm (3”) dilengkapi dengan pelat atas dan leher sambung. 4. Alat uji Marshall yaitu sebagai berikut. a. Kepala penekan yang berbentuk lengkung (breaking head). b. Cincin penguji berkapasitas 2500 kg (5000 pound) dengan ketelitian 12,5 kg (25 pound). c. Arloji tekan dengan ketelitian 0,0025 cm (0,0001”). d. Arloji pengukur kelelehan dengan ketelitian 0,25 mm (0,01”) dengan perlengkapannya. 5. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (200±3)oC. 6. Bak perendam (W) dilengkapi dengan waterbath pengatur suhu minimum 20oC. 7. Compactor, yaitu alat penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk rata berbentuk silinder dengan berat 4,536 kg (10 pound) dan tinggi jatuh beban 45,7 cm (18”). 8. Timbangan yang dilengkapi penggantung benda uji berkapasitas 2 kg dengan ketelitian 0,1 gram, timbangan berkapasitas 5 kg dengan ketelitian 1 gram, dan timbangan digital. 9. Ejector, yaitu alat untuk mengeluarkan benda uji yang telah dipadatkan dari cetakan. 10. Peralatan penunjang, seperti kompor, gelas ukur, pan, kain lap, wajan, spatula, bak plastik, jangka sorong, sarung tangan karet, termometer, dan lain-lain. 4.5.3 Perancangan Campuran (Mix Design) Material yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu agregat dan aspal yang terlebih dahulu diuji sebelum digunakan sebagai campuran Lapis Aspal Beton (LASTON). Hal ini dilakukan untuk mengetahui sifat dari material tersebut apakah telah memenuhi persyaratan. Setelah dilakukan pengujian sifat fisik agregat dan aspal, kemudian agregat disaring menggunakan saringan standar. Penelitian ini menggunakan Metode Marshall dengan membuat 5 (lima) variasi campuran aspal beton, yaitu variasi I menggunakan 100% pasir tanpa menggunakan bahan pengganti, variasi II menggunakan 75% pasir dan 25% limbah marmer, variasi III menggunakan 50% pasir dan 50% limbah marmer, variasi IV menggunakan 25% pasir dan 75% limbah marmer, dan variasi V menggunakan 100% limbah marmer. Pengujian campuran untuk mengetahui ketahanan (durability) selama perendaman dalam waktu 0 jam, 48 jam, dan 96 jam, serta dilakukan uji Marshall dan Immersion Test. Perencanaan gradasi agregat campuran LASTON AC-WC dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 berikut. Tabel 4.1 Gradasi Agregat Campuran LASTON AC-WC Ukuran Saringan Spesifikasi Jumlah Persen (%) Rata-rata Inch mm Max Min Lolos Tertahan 1 " 25           3/4 " 19 100 100 100 0 100 1/2 " 12,5 100 90 95 5 95 3/8 " 9,5 90 77 83,5 16,5 83,5 No. 4 4,75 69 53 61 39 61 No. 8 2,36 53 33 43 57 43 No. 16 1,18 40 21 30,5 69,5 30,5 No. 30 0,600 30 14 22 78 22 No. 50 0,300 22 9 15,5 84,5 15,5 No. 100 0,150 15 6 10,5 89,5 10,5 No. 200 0,075 9 4 6,5 93,5 6,5 Pan 0 0 0 100 0 Sumber : Bina Marga (2010) Gambar 4.1 Gradasi Agregat Campuran LASTON AC-WC Setelah didapatkan Job Mix Formula, maka selanjutnya menghitung kadar aspal perkiraan (Pb) dengan menggunakan Persamaan 4.1. Pb = 0,035 (%CA) + 0,045 (%FA) + 0,18 (%filler) + K (4.1) dengan : CA = Persen agregat tertahan saringan No. 8, FA = Persen agregat lolos saringan No. 8 dan tertahan saringan No. 200, Filler = Persen agregat minimal 75% lolos No. 200, dan K = Konstanta. Berdasarkan hasil perhitungan kadar aspal perkiraan didapatkan batas minimum 6%. Pada saat pengujian untuk mencari kadar aspal optimum (KAO), kadar aspal yang digunakan yaitu 5%, 5,5%, 6%, 6,5%, dan 7% terhadap berat total campuran sebesar 1200 gram. Didapatkan berat masing -masing agregat untuk setiap saringan adalah sebagai berikut. Tabel 4.2 Kebutuhan Agregat Pada Kadar Aspal 5% No. Saringan Spesifikasi Kumulatif Berat Tertahan (gr) Inch mm Max Min Lolos Tertahan Tertahan Jumlah 3/4 " 19 100 100 100 1/2 " 12,5 100 90 95 5 57 57 3/8 " 9,5 90 77 84 17 131,1 188,1 No. 4 4,75 69 53 61 39 256,5 444,6 No. 8 2,36 53 33 43 57 205,2 649,8 No. 16 1,18 40 21 31 70 142,5 792,3 No. 30 0,600 30 14 22 78 96,9 889,2 No. 50 0,300 22 9 16 85 74,1 963,3 No. 100 0,150 15 6 11 90 57 1020,3 No. 200 0,075 9 4 7 94 45,6 1065,9 Pan 0 0 0 100 74,1 1140 Jumlah 1140 Tabel 4.3 Kebutuhan Agregat Pada Kadar Aspal 5.5% No. Saringan Spesifikasi Kumulatif Berat Tertahan Inch mm Max Min Lolos Tertahan Tertahan Jumlah 3/4 " 19 100 100 100 1/2 " 12,5 100 90 95 5 56,7 56,7 3/8 " 9,5 90 77 84 17 130,41 187,11 No. 4 4,75 69 53 61 39 255,15 442,26 No. 8 2,36 53 33 43 57 204,12 646,38 No. 16 1,18 40 21 31 70 141,75 788,13 No. 30 0,600 30 14 22 78 96,39 884,52 No. 50 0,300 22 9 16 85 73,71 958,23 No. 100 0,150 15 6 11 90 56,7 1014,93 No. 200 0,075 9 4 7 94 45,36 1060,29 Pan 0 0 0 100 73,71 1134 Jumlah 1134 Tabel 4.4 Kebutuhan Agregat Pada Kadar Aspal 6% No. Saringan Spesifikasi Kumulatif Berat Tertahan Inch mm Max Min Lolos Tertahan Tertahan Jumlah 3/4 " 19 100 100 100 1/2 " 12,5 100 90 95 5 56,4 56,4 3/8 " 9,5 90 77 84 17 129,72 186,12 No. 4 4,75 69 53 61 39 253,8 439,92 No. 8 2,36 53 33 43 57 203,04 642,96 No. 16 1,18 40 21 31 70 141 783,96 No. 30 0,600 30 14 22 78 95,88 879,84 No. 50 0,300 22 9 16 85 73,32 953,16 No. 100 0,150 15 6 11 90 56,4 1009,56 No. 200 0,075 9 4 7 94 45,12 1054,68 Pan 0 0 0 100 73,32 1128 Jumlah 1128 Jumlah Tabel 4.5 Kebutuhan Agregat Pada Kadar Aspal 6.5% No. Saringan Spesifikasi Kumulatif Berat Tertahan Inch mm Max Min Lolos Tertahan Tertahan Jumlah 3/4 " 19 100 100 100 1/2 " 12,5 100 90 95 5 56,1 56,1 3/8 " 9,5 90 77 84 17 129,03 185,13 No. 4 4,75 69 53 61 39 252,45 437,58 No. 8 2,36 53 33 43 57 201,96 639,54 No. 16 1,18 40 21 31 70 140,25 779,79 No. 30 0,600 30 14 22 78 95,37 875,16 No. 50 0,300 22 9 16 85 72,93 948,09 No. 100 0,150 15 6 11 90 56,1 1004,19 No. 200 0,075 9 4 7 94 44,88 1049,07 Pan 0 0 0 100 72,93 1122 Jumlah 1122 Tabel 4.6 Kebutuhan Agregat Pada Kadar Aspal 7% No. Saringan Spesifikasi Kumulatif Berat Tertahan Inch mm Max Min Lolos Tertahan Tertahan Jumlah 3/4 " 19 100 100 100 1/2 " 12,5 100 90 95 5 55,8 55,8 3/8 " 9,5 90 77 84 17 128,34 184,14 No. 4 4,75 69 53 61 39 251,1 435,24 No. 8 2,36 53 33 43 57 200,88 636,12 No. 16 1,18 40 21 31 70 139,5 775,62 No. 30 0,600 30 14 22 78 94,86 870,48 No. 50 0,300 22 9 16 85 72,54 943,02 No. 100 0,150 15 6 11 90 55,8 998,82 No. 200 0,075 9 4 7 94 44,64 1043,46 Pan 0 0 0 100 72,54 1116 Jumlah 1116 Jumlah benda uji yang digunakan untuk mencari kadar aspal optimum dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut. Tabel 4.7 Jumlah Benda Uji Kadar Aspal Optimum Jenis Aspal Kadar Aspal Sampel Jumlah Pertamina Pen 60/70 5% 3 buah 15 5.5% 3 buah 6% 3 buah 6.5% 3 buah 7% 3 buah Jumlah benda uji yang digunakan untuk setiap durasi perendaman pada masing-masing pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.8, Tabel 4.9 dan Tabel 4.10 berikut. Tabel 4.8 Jumlah Benda Uji Tiap Pengujian dan Perendaman 0 jam Jenis Pengujian Variasi Kadar Marmer 0% 25% 50% 75% 100% Marshall 3 3 3 3 3 Perendaman 3 3 3 3 3 Jumlah 6 6 6 6 6 Total 30 Tabel 4.9 Jumlah Benda Uji Tiap Pengujian dan Perendaman 48 jam Jenis Pengujian Variasi Kadar Marmer 0% 25% 50% 75% 100% Marshall 3 3 3 3 3 Perendaman 3 3 3 3 3 Jumlah 6 6 6 6 6 Total 30 Tabel 4.10 Jumlah Benda Uji Tiap Pengujian dan Perendaman 96 jam Jenis Pengujian Variasi Kadar Marmer 0% 25% 50% 75% 100% Marshall 3 3 3 3 3 Perendaman 3 3 3 3 3 Jumlah 6 6 6 6 6 Total 30 Jadi total benda uji yang digunakan pada saat penelitian sebanyak 105 buah. Pembuatan benda uji dilakukan dengan mengacu pada AASHTO T-245-74 dan ASTM D-1559-62 T. Pada variasi kadar aspal didapatkan berat agregat masing-masing saringan pada campuran LASTON AC-WC. Berat agregat halus yang digunakan adalah agregat lolos saringan No. 8 hingga tertahan saringan No. 200. Penelitian ini menggunakan agregat halus pasir dan limbah marmer. Berat agregat halus dapat dihitung berdasarkan berat volume dari masing-masing agregat halus, dimana menentukan berat volume perlu mengetahui berat jenis pada masing-masing agregat halus karena limbah marmer hanya berperan sebagai bahan pengganti agregat halus yang memiliki berat jenis lebih kecil dari agregat halus pasir. Pada pengujian didapatkan berat jenis masing-masing agregat halus yaitu agregat halus pasir sebesar 2,81 gr/cm3 dan berat jenis limbah marmer sebesar 2,64 gr/cm3. Hal ini guna mengetahui berat antar masing-masing agregat halus sehingga dapat melingkupi volume yang sama berdasarkan perbandingan volume. Berat untuk masing-masing agregat halus yang digunakan pada KAO dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut. Tabel 4.11 Berat Variasi Agregat Halus Pasir dan Agregat Halus Marmer No. Saringan Variasi Kadar Limbah Marmer Sebagai Pengganti Agregat Halus 25% 50% 75% 100% Agregat Halus Marmer Agregat Halus Marmer Agregat Halus Marmer Agregat Halus Marmer No. 16 105,02 32,93 70,01 65,86 35,01 98,79 0 131,72 No. 30 71,41 22,39 47,61 44,78 23,80 67,18 0 89,57 No. 50 54,61 17,12 36,41 34,25 18,20 51,37 0 68,49 No. 100 42,01 13,17 28,01 26,34 14,00 39,52 0 52,69 No. 200 33,61 10,54 22,40 21,07 11,20 31,61 0 42,15 4.5.4 Pengujian Marshall Mengacu pada AASHTO T-245-74 dan ASTM D-1559-62 T, langkah-langkah pengujian Marshall adalah sebagai berikut ini. 1. Merendam benda uji ke dalam air biasa selama kira-kira 24 jam pada suhu ruang agar benda uji menjadi jenuh air. 2. Menimbang benda uji di dalam air. 3. Mengelap permukaan benda uji, kemudian menimbangnya pada kondisi kering permukaan jenuh (Saturated Surface Dry). 4. Merendam benda uji kedalam waterbath dengan suhu 60°C selama 0,5 jam. 5. Membersihkan batang penuntun (guide rod) dan permukaan dalam kepala penekan (test head) terlebih dahulu. Lalu lumasi batang penuntun sehingga kepala penekan yang atas dapat meluncur bebas. 6. Mengeluarkan benda uji dari waterbath dan meletakkannya ke dalam segmen bawah kepala penekan. 7. Memasang segmen atas di atas benda uji dan meletakkan keseluruhannya dalam mesin penguji. 8. Memasang arloji kelelahan (flowmeter) pada penunjuk angka nol, sementara selubung tangkai arloji (sleeve) dipegang teguh terhadap segmen atas kepala penekan (breaking head). Selama pembebanan berlangsung, tangkai arloji kelelehan ditekan pada segmen atas dari kepala penekan. 9. Menaikkan kepala penekan beserta benda ujinya sehingga menyentuh alas cincin penguji. Kemudian mengatur kedudukan jarum arloji tekan pada angka nol. 10. Pembebanan dimulai dengan kecepatan tetap 50 mm/menit, sehingga pembebanan maksimum tercapai atau pembebanan menurun seperti ditunjukkan oleh jarum arloji tekan dan mencatat pembebanan maksimum yang tercapai (stabilitas) serta angka pada arloji kelelehan (flow). 11. Melepaskan selubung tangkai arloji kelelehan (sleeve) pada setelah nilai kelelehan yang ditunjukkan oleh jarum arloji kelelehan dicatat. 12. Menganalisis dan membuat pembahasan. 4.5.5 Immersion Test Immersion Test memiliki cara pengujian yang sama dengan uji Marshall, yang membedakan pengujian tersebut ialah lama perendaman yang dilakukan dalam waterbath yaitu selama 24 jam. Langkah-langkah yang dilakukan pada pengujian ini adalah sebagai berikut: 1. Mempersiapkan benda uji, 2. Mengukur ketinggian benda uji tiga kali pada tempat yang berbeda, kemudian di rata-rata dengan ketelitian pengukuran 0,01 mm, 3. Benda uji ditimbang untuk mengetahui berat keringnya, 4. Merendam benda uji ke dalam air selama ±24 jam pada suhu ruang agar benda uji menjadi jenuh, 5. Setelah benda uji menjadi jenuh kemudian ditimbang di dalam air, 6. Benda uji dilap permukaannya kemudian ditimbang pada kondisi kering permukaan jenuh (Saturated Surface Dry), 7. Benda uji direndam kedalam waterbath dengan suhu 60°C selama 24 jam, 8. Kepala penekan benda uji dibersihkan terlebih dahulu dan permukaan diberi vaselin untuk memudahkan melepaskan benda uji, 9. Arloji kelelahan (flow meter) dipasang pada posisi diatas salah satu batang penuntun (guide road), 10. Kepala penekan (test head) benda uji dinaikkan sehingga menyentuh alas cincin penguji, kemudian diatur pada kedudukan arloji tekan pada angka nol, 11. Pembebanan dimulai dengan kecepatan tetap 50mm/menit, sehingga pembebanan maksimum tercapai. Pada saat arloji pembebanan berhenti maka dimulai kembali berputar menurun, maka dibaca arloji kelelehannya, 12. Setelah pembebanan selesai, benda uji dikeluarkan dari benda uji, 13. Menganalisis dan membuat pembahasan. 4.6 Analisi Data Berikut ini adalah analisis data yang akan dilakukan setelah melakukan pengujian. 1. Analisis Karakteristik Marshall Dari pengujian Marshall diperoleh data sebagai berikut. a. Berat benda uji sebelum direndam (gram), b. Berat benda uji di dalam air (gram), c. Berat benda uji dalam keadaan jenuh air (gram), d. Tebal benda uji, e. Pembacaan arloji stabilitas (kg), dan f. Pembacaan arloji kelelehan (mm). Nilai karakteristik Marshall dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 4.1 dan 4.2 berikut ini. a. Berat jenis aspal (4.2) dengan : A = Berat piknometer dengan penutup (gram), B = Berat piknometer berisi air (gram), C = Berat piknometer berisi aspal (gram), dan D = Berat piknometer berisi aspal dan air (gram). b. Berat jenis agregat (4.3) dengan : A = Persentase agregat kasar, B = Persentase agregat halus, F1 = Berat jenis agregat kasar, dan F2 = Berat jenis agregat halus. c. Nilai stabilitas menggunakan Persamaan 3.6. d. Kelelehan (flow), dapat dibaca pada arloji kelelehan. e. VMA (Voids in Mineral Aggregate) menggunakan Persamaan 3.3. f. VIM (Voids in Mix) menggunakan Persamaan 3.4. g. VFWA (Voids Filled With Asphalt) menggunakan Persamaan 3.5. h. MQ (Marshall Quotient) menggunakan Persamaan 3.7. 2. Analisis Immersion Test Nilai Immersion Test atau uji perendaman dapat dihitung menggunakan Persamaan 3.8 3. Analisis Statistik Data-data seperti karakteristik Marshall dan Index of Retained Strength dengan parameter variasi agregat halus marmer terhadap lama perendaman yang menggunakan bahan ikat aspal Pertamina Pen 60/70, dianalisis menggunakan analisis statistik Anova dua arah. Metode ini digunakan karena terdapat dua variabel bebas yang masing-masing terbagi menjadi beberapa kelompok. Variabel bebas adalah variasi marmer yang terbagi menjadi beberapa treatment berupa variasi lama perendaman. Secara umum analisis statistik menggunakan Anova dua arah adalah sebagai berikut. a. Merumuskan hipotesis (H0) dan hipotesis alternative (H1) Uji hipotesis bertujuan untuk melihat pengaruh masing-masing faktor variabel. H0 : µ1 = µ2 =……= µk H1 : µ1 ? µ2 =..…..? µk b. Menentukan nilai ? atau tingkat signifikan. c. Mencari nilai df atau derajat kebebasan d. Penggunaan table distribusi F Nilai F-tabel bergantung dari nilai ? dan df. e. Penentuan daerah penolakan dan kritis Daerah penolakan dan penerimaan dibatasi oleh nilai ? dan nilai F-hitung f. Perumusan keputusan H0 dan H1 H0 : Tidak ada perbedaan signifikan pengaruh variasi agregat halus marmer terhadap campuran LASTON AC-WC dengan variasi lama perendaman. H1 : Ada perbedaan signifikan pengaruh variasi agregat halus marmer terhadap campuran LASTON AC-WC dengan variasi lama perendaman. Jika nilai rasio uji berada di daerah penerimaan maka H0 diterima, sedangkan jika nilai rasio berada di daerah penolakan maka H1 diterima. 4.7 Diagram atau Flowchart Bagan alir atau flowchart merupakan gambaran singkat tentang tahapan-tahapan yang dilaksanakan saat penelitian. Flowchart ditunjukkan pada Gambar 4.2. Gambar 4.2 Bagan Air Penelitian BAB V DATA, ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1 Data dan Analisis 5.1.1 Hasil Pengujian Karakteristik Agregat Kasar dan Agregat Halus Pengujian karakteristik aspal meliputi pengujian agregat kasar, pengujian agregat halus, pengujian agregat halus marmer dan pengujian filler. Seluruh pengujian dilakukan di Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Hasil yang diperoleh telah memenuhi spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi 3 dan dapat dilihat pada Tabel 5.1 dan Tabel 5.2 berikut. Tabel 5.1 Hasil Pengujian Agregat Kasar dan Agregat Halus No Jenis Pengujian Spesifikasi Hasil Keterangan 1 Berat Jenis Agregat Kasar ? 2,5 2,65 Memenuhi 2 Berat Jenis Agregat Halus   ? 2,5 2,81  Memenuhi 3 Penyerapan Agregat Kasar Terhadap Air (%) ? 3 2,01  Memenuhi 4 Penyerapan Agregat Halus Terhadap Air (%) ? 3 2,65 Memenuhi 5 Kelekatan Agregat Terhadap Aspal (%) ? 95 97 Memenuhi 6 Keausan dengan mesin Los Angeles (%) ? 40 19,02 Memenuhi 7 Sand Equivalent (%) ? 50 76,15  Memenuhi Tabel 5.2 Hasil Pengujian Agregat Halus Marmer No Jenis Pengujian Spesifikasi Hasil Keterangan 1 Berat Jenis a. Berat Jenis Bulk b. Berat Jenis SSD c. Berat Jenis Semu ? 2,5 a. 2,57 b. 2,62 c. 2,72 Memenuhi 2 Penyerapan Agregat Halus Terhadap Air (%) ? 3 2,10 Memenuhi 5.1.2 Hasil Pengujian Karakteristik Aspal Pada penelitian ini menggunakan aspal pertamina pen 60/70 yang sudah tersedia di Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Hasil pengujian aspal telah memenuhi spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi 3 dan dapat dilihat pada Tabel 5.3 berikut. Tabel 5.3 Hasil Pengujian Aspal Pertamina Pen 60/70 No Jenis Pengujian Spesifikasi Hasil Keterangan 1 Berat Jenis Aspal   ? 1,0 1,07 Memenuhi 2 Penetrasi   60-70  61,80 Memenuhi 3 Daktalitas (cm) ? 100 164 Memenuhi 4 Titik Nyala (°C) ? 232  290 Memenuhi 5 Titik Lembek (°C) ? 48 48,75 Memenuhi 6 Kelarutan CCL4 (%) ? 99 99,21  Memenuhi 5.1.3 Gradasi Agregat untuk Campuran Gradasi agregat yang digunakan pada penelitian ini adalah gradasi campuran LASTON AC-WC atau bisa disebut juga dengan gradasi rapat. Gradasi campuran LASTON AC-WC dapat dilihat pada Tabel 5.4 hingga Tabel 5.8 berikut. Tabel 5.4 Kebutuhan Agregat Pada Kadar Aspal 5% No. Saringan Spesifikasi Kumulatif Berat Tertahan (gr) Inch mm Max Min Lolos Tertahan Tertahan Jumlah 3/4 " 19 100 100 100 1/2 " 12,5 100 90 95 5 57 57 3/8 " 9,5 90 77 84 17 131,1 188,1 No. 4 4,75 69 53 61 39 256,5 444,6 No. 8 2,36 53 33 43 57 205,2 649,8 No. 16 1,18 40 21 31 70 142,5 792,3 No. 30 0,600 30 14 22 78 96,9 889,2 No. 50 0,300 22 9 16 85 74,1 963,3 No. 100 0,150 15 6 11 90 57 1020,3 No. 200 0,075 9 4 7 94 45,6 1065,9 Pan 0 0 0 100 74,1 1140 Jumlah 1140 Tabel 5.5 Kebutuhan Agregat Pada Kadar Aspal 5,5% No. Saringan Spesifikasi Kumulatif Berat Tertahan Inch mm Max Min Lolos Tertahan Tertahan Jumlah 3/4 " 19 100 100 100 1/2 " 12,5 100 90 95 5 56,7 56,7 3/8 " 9,5 90 77 84 17 130,41 187,11 No. 4 4,75 69 53 61 39 255,15 442,26 No. 8 2,36 53 33 43 57 204,12 646,38 No. 16 1,18 40 21 31 70 141,75 788,13 No. 30 0,600 30 14 22 78 96,39 884,52 No. 50 0,300 22 9 16 85 73,71 958,23 No. 100 0,150 15 6 11 90 56,7 1014,93 No. 200 0,075 9 4 7 94 45,36 1060,29 Pan 0 0 0 100 73,71 1134 Jumlah 1134 Tabel 5.6 Kebutuhan Agregat Pada Kadar Aspal 6% No. Saringan Spesifikasi Kumulatif Berat Tertahan Inch mm Max Min Lolos Tertahan Tertahan Jumlah 3/4 " 19 100 100 100 1/2 " 12,5 100 90 95 5 56,4 56,4 3/8 " 9,5 90 77 84 17 129,72 186,12 No. 4 4,75 69 53 61 39 253,8 439,92 No. 8 2,36 53 33 43 57 203,04 642,96 No. 16 1,18 40 21 31 70 141 783,96 No. 30 0,600 30 14 22 78 95,88 879,84 No. 50 0,300 22 9 16 85 73,32 953,16 No. 100 0,150 15 6 11 90 56,4 1009,56 No. 200 0,075 9 4 7 94 45,12 1054,68 Pan 0 0 0 100 73,32 1128 Jumlah 1128 Jumlah Tabel 5.7 Kebutuhan Agregat Pada Kadar Aspal 6,5% No. Saringan Spesifikasi Kumulatif Berat Tertahan Inch mm Max Min Lolos Tertahan Tertahan Jumlah 3/4 " 19 100 100 100 1/2 " 12,5 100 90 95 5 56,1 56,1 3/8 " 9,5 90 77 84 17 129,03 185,13 No. 4 4,75 69 53 61 39 252,45 437,58 No. 8 2,36 53 33 43 57 201,96 639,54 No. 16 1,18 40 21 31 70 140,25 779,79 No. 30 0,600 30 14 22 78 95,37 875,16 No. 50 0,300 22 9 16 85 72,93 948,09 No. 100 0,150 15 6 11 90 56,1 1004,19 No. 200 0,075 9 4 7 94 44,88 1049,07 Pan 0 0 0 100 72,93 1122 Jumlah 1122 Tabel 5.8 Kebutuhan Agregat Pada Kadar Aspal 7% No. Saringan Spesifikasi Kumulatif Berat Tertahan Inch mm Max Min Lolos Tertahan Tertahan Jumlah 3/4 " 19 100 100 100 1/2 " 12,5 100 90 95 5 55,8 55,8 3/8 " 9,5 90 77 84 17 128,34 184,14 No. 4 4,75 69 53 61 39 251,1 435,24 No. 8 2,36 53 33 43 57 200,88 636,12 No. 16 1,18 40 21 31 70 139,5 775,62 No. 30 0,600 30 14 22 78 94,86 870,48 No. 50 0,300 22 9 16 85 72,54 943,02 No. 100 0,150 15 6 11 90 55,8 998,82 No. 200 0,075 9 4 7 94 44,64 1043,46 Pan 0 0 0 100 72,54 1116 Jumlah 1116 5.1.4 Hasil Pengujian Campuran LASTON AC-WC untuk Menentukan Nilai Kadar Aspal Optimum Kadar aspal optimum dapat ditentukan setelah melakukan pengujian Marshall. Pengujian tersebut dilakukan di Laboratorium Jalan Raya FTSP UII. Hasil dari pengujian tersebut diperoleh nilai-nilai karakteristik Marshall diantaranya yaitu stabilitas (stability), pelelehan (flow), VITM (Void in Mix), VMA (Void in Mineral Aggregate), VFWA (Void Filled With Asphalt), MQ (Marshall Quotient), dan kepadatan (density) dari campuran LASTON AC-WC dengan menggunakan aspal Pertamina Pen 60/70. Dapat dilihat pada Tabel 5.9 untuk hasil pengujian, kemudian hasil tersebut digambarkan kedalam grafik pada Gambar 5.1 untuk menentukan kadar aspal optimum. Dalam menentukan kadar aspal optimum pada campuran LASTON AC-WC dapat dilihat dengan kriteria parameter pada karakteristik Marshall yaitu stabilitas, flow, MQ, VITM, VMA, dan VFWA. Dari hasil pengujian Marshall yang telah memenuhi semua kriteria parameter tersebut, diperoleh batas maksimum dan batas minimum. Nilai kadar aspal optimum didapatkan dari nilai tengah antara batas maksimum dan batas minimum. Tabel 5.9 Hasil Pengujian Marshall untuk Mencari KAO Kadar Aspal Stabilitas Flow MQ VITM VFWA VMA (%) (kg) (mm) (kg/mm) (%) (%) (%) 5 1781,40 1,87 1097,75 7,20 60,29 18,13 5.5 3644,55 2,68 1375,98 6,75 63,99 18,74 6 2946,05 2,96 1135,07 5,55 70,33 18,71 6.5 2533,28 3,57 737,69 4,60 75,71 18,90 7 1784,83 3,84 466,18 3,78 80,33 19,20 Spesifikasi > 800 2 - 4 > 250 3 - 5 > 65 > 15 Gambar 5.1 Penentuan KAO pada Campuran LASTON AC-WC Berdasarkan Gambar 5.1 diatas, didapatkan kadar aspal optimum untuk bahan ikat aspal Pertamina Pen 60/70 sebesar 6,65%. 5.1.5 Kebutuhan Agregat pada Kadar Aspal Optimum Kebutuhan agregat pada campuran LASTON AC-WC pada kadar aspal optimum dapat dilihat pada Tabel 5.10 berikut. Tabel 5.10 Kebutuhan Agregat Kadar Aspal Optimum pada Campuran LASTON AC-WC No. Saringan Spesifikasi Kumulatif Berat Tertahan Inch mm Max Min Lolos Tertahan Tertahan Jumlah 3/4 " 19 100 100 100 1/2 " 12,5 100 90 95 5 56,01 56,01 3/8 " 9,5 90 77 84 17 128,82 184,83 No. 4 4,75 69 53 61 39 252,05 436,88 No. 8 2,36 53 33 43 57 201,64 638,51 No. 16 1,18 40 21 31 70 140,03 778,54 No. 30 0,600 30 14 22 78 95,22 873,76 No. 50 0,300 22 9 16 85 72,81 946,57 No. 100 0,150 15 6 11 90 56,01 1002,58 No. 200 0,075 9 4 7 94 44,81 1047,39 Pan 0 0 0 100 72,81 1120,2 Jumlah 1120,20 5.1.6 Hasil Pengujian Campuran LASTON AC-WC pada Kadar Aspal Optimum Hasil pengujian campuran LASTON AC-WC pada kadar aspal optimum meliputi pengujian Marshall dan IRS (Index of Retained Strength) dapat dilihat pada Tabel 5.11, Tabel 5.12, Tabel 5.13 dan Tabel 5.14 berikut. Tabel 5.11 Rekapitulasi Hasil Pengujian Marshall pada KAO dengan Durasi Perendaman 0 jam Kadar Marmer (%) Stabilitas (kg) Flow (mm) MQ (kg/mm) VITM (%) VFWA (%) VMA (%) Density (gr/cc) 0 1438,22 3,69 413,10 5,92 70,88 20,31 2,31 25 1443,93 3,31 521,78 4,76 75,33 19,26 2,32 50 1824,56 3,40 563,75 6,17 69,76 20,39 2,28 75 1341,00 3,66 370,25 4,87 74,80 19,21 2,30 100 1262,30 4,43 281,97 5,75 71,40 19,89 2,27 Spesifikasi ? 800 2 - 4 ? 250 3 - 5 ? 65 ? 15   Tabel 5.12 Rekapitulasi Hasil Pengujian Marshall pada KAO dengan Durasi Perendaman 48 jam Kadar Marmer (%) Stabilitas (kg) Flow (mm) MQ (kg/mm) VITM (%) VFWA (%) VMA (%) Density (gr/cc) 0 1412,89 4,25 337,05 4,80 75,27 19,36 2,33 25 1413,44 3,86 372,47 5,63 71,96 20,00 2,30 50 1689,19 3,97 443,77 5,46 72,58 19,79 2,30 75 1377,37 4,38 315,87 4,90 74,62 19,24 2,30 100 1297,41 5,04 265,88 5,50 72,09 19,68 2,27 Spesifikasi ? 800 2 - 4 ? 250 3 - 5 ? 65 ? 15   Tabel 5.13 Rekapitulasi Hasil Pengujian Marshall pada KAO dengan Durasi Perendaman 96 jam Kadar Marmer (%) Stabilitas (kg) Flow (mm) MQ (kg/mm) VITM (%) VFWA (%) VMA (%) Density (gr/cc) 0 1409,26 5,33 276,23 4,97 74,55 19,51 2,33 25 1441,91 5,08 308,64 5,14 73,83 19,58 2,32 50 1752,93 5,00 359,89 5,04 74,37 19,43 2,31 75 1344,34 5,31 253,07 4,54 76,17 18,94 2,31 100 1296,15 5,65 242,97 5,86 70,82 19,98 2,26 Spesifikasi ? 800 2 - 4 ? 250 3 - 5 ? 65 ? 15   Tabel 5.14 Rekapitulasi Hasil Pengujian IRS pada KAO Index Of Retained Strength (%) Kadar Agregat Halus Marmer (%) Lama Perendaman (jam) 0 48 96 0 97,26 96,05 91,73 25 97,60 95,25 92,58 50 94,14 90,98 89,26 75 90,59 89,47 86,33 100 89,56 86,02 84,57 Spesifikasi > 90 5.2 Pembahasan 5.2.1 Karakteristik Agregat Kasar dan Agregat Halus Hasil pengujian sifat fisik agregat kasar dan agregat halus dapat dilihat pada Tabel 5.15 sebagai berikut. Tabel 5.15 Hasil Pengujian Sifat Fisik Agregat Kasar dan Agregat Halus Karakteristik Agregat Hasil Spesifikasi Bina Marga 2010 Berat Jenis Agregat Kasar 2,65 ? 2,5 Memenuhi Berat Jenis Agregat Halus   2,81 ? 2,5 Memenuhi Penyerapan Agregat Kasar Terhadap Air (%) 2,01 ? 3 Memenuhi Penyerapan Agregat Halus Terhadap Air (%) 2,65 ? 3 Memenuhi Kelekatan Agregat Terhadap Aspal (%) 97 ? 95 Memenuhi Keausan dengan mesin Los Angeles (%) 19,02 ? 40 Memenuhi Sand Equivalent (%) 76,15 ? 50 Memenuhi Berikut ini adalah pembahasan terhadap pengujian karakteristik agregat kasar dan agregat halus yang digunakan dalam penelitian. 1. Berat Jenis Agregat Berat jenis adalah perbandingan antara berat volume agregat dan berat volume air. Hasil pengujian untuk berat jenis agregat kasar sebesar 2,65, sedangkan berat jenis agregat halus sebesar 2,81. Nilai berat jenis dari kedua pengujian tersebut memenuhi spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi 3 yaitu ? 2,5. 2. Penyerapan Agregat Terhadap Air Penyerapan agregat terhadap air adalah kemampuan agregat dalam menyerap air, rongga atau pori. Agregat yang memiliki kadar pori yang besar maka dapat dikatakan agregat tersebut mempunyai daya serap yang besar. Hasil pengujian penyerapan agregat kasar terhadap air sebesar 2,01%, sedangkan hasil penyerapan agregat halus terhadap air sebesar 2,65%. Nilai yang diperoleh dari kedua pengujian tersebut telah memenuhi spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi 3 yaitu ? 3,00%. 3. Kelekatan Agregat Terhadap Aspal Kelekatan agregat terhadap aspal bertujuan untuk mengetahui persentase pada luas permukaan batuan yang terselimuti oleh aspal terhadap keseluruhan luas permukaan. Hasil pengujian kelekatan agregat terhadap aspal menunjukkan nilai sebesar 97%, dimana hasil tersebut telah memenuhi spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi 3 yaitu min. 95%. 4. Keausan dengan Mesin Los Angeles Pengujian keausan (abrasi) bertujuan untuk mengetahui kemampuan agregat dalam menahan gesekan dan penghancuran dengan menggunakan mesin Los Angeles, yang dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus lolos saringan No. 12 (1,7 mm) terhadap berat semula dalam persen. Hasil pengujian menunjukkan nilai sebesar 19,02%. Nilai tersebut telah memenuhi spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi 3 yaitu < 40%. 5. Sand Equivalent Pengujian sand equivalent pada agregat halus bertujuan untuk mengetahui tingkat kebersihan agregat terhadap debu ataupun lumpur yang tercampur di dalamnya. Hasil dari pengujian tersebut diperoleh nilai sebesar 76,15%. Nilai sand equivalent pada agregat halus telah memenuhi spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi 3 yaitu ? 50%. Dapat disimpulkan bahwa agregat yang digunakan cukup bersih dari kandungan debu ataupun lumpur. 5.2.2 Karakteristik Aspal Hasil pengujian sifat fisik aspal dapat dilihat pada Tabel 5.16 sebagai berikut. Tabel 5.16 Hasil Pengujian Sifat Fisik Aspal Pertamina Pen 60/70 Karakteristik Aspal Hasil Spesifikasi Bina Marga 2010 Berat Jenis Aspal   1,07 ? 1,0 Memenuhi Penetrasi    61,80 60-70 Memenuhi Daktalitas (cm) 164 ? 100 Memenuhi Titik Nyala (°C)  290 ? 232 Memenuhi Titik Lembek (°C) 48,75 ? 48 Memenuhi Kelarutan CCL4 (%) 99,21  ? 99 Memenuhi Berikut ini adalah pembahasan tentang pengujian karakteristik aspal Pertamina Pen 60/70 dan hasil pengujian sifat fisik aspal dapat dilihat pada Tabel 1. Berat Jenis Aspal Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat aspal dan berat air suling (aquadest) dengan volume yang sama pada suhu tertentu. Hasil dari pengujian berat jenis aspal sebesar 1,07. Nilai tersebut telah memenuhi speksifikasi Bina Marga 2010 Revisi 3 yaitu ? 1,00. 2. Penetrasi Aspal Pengujian penetrasi bertujuan untuk mengetahui aspal yang digunakan memiliki tingkat kekerasan yang keras atau lembek. Hasil yang diperoleh dari pengujian ini adalah 61,8 mm, sehingga hasil tersebut telah memenuhi spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi 3 yaitu antara 60 – 70 mm. 3. Daktilitas Pengujian daktilitas bertujuan untuk mengetahui keelastisitasan aspal pada campuran sehingga dapat menahan lendutan yang akan terjadi. Pada pengujian ini diperoleh hasil sebesar 164 cm. Hasil tersebut telah memenuhi spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi 3 yaitu ? 100 cm. 4. Titik Nyala Pengujian titik nyala bertujuan untuk mengetahui temperatur aspal pada saat terlihat nyala sekurang-kurangnya 5 detik pada permukaan aspal. Hasil dari pengujian titik nyala menunjukkan nilai sebesar 290°C. Dari hasil tersebut telah memenuhi spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi 3 yaitu ? 232°C. 5. Titik Lembek Pengujian titik lembek bertujuan untuk mengetahui suhu dimana aspal mulai lembek. Hasil dari pengujian titik lembek aspal Pertamina Pen 60/70 menunjukkan nilai sebesar 48,75°C, dimana hasil tersebut telah memenuhi spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi 3 yaitu ? 48°C. 6. Kelarutan dalam Karbon Tetra Klorida (CCL4) Persentase kandungan mineral lain dalam aspal dapat diperoleh dengan cara melakukan pengujian kelarutan. Pengujian kelarutan ini bertujuan untuk mengetahui persentase kandungan mineral lain dalam aspal dengan cara aspal dilarutkan ke dalam Karbon Tetra Klorida (CCL4). Hasil pengujian menunjukkan nilai sebesar 99,16%. Hasil ini memenuhi spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi 3 yaitu sebesar ? 99%. 5.2.3 Tinjauan Karakteristik Marshall Test untuk Mencari Kadar Aspal Optimum Berikut ini adalah uraian hasil pengujian Marshall dari jenis campuran LASTON AC-WC ditinjau dari parameter karakteristik Marshall yang mengacu pada Bina Marga 2010 Revisi 3 sebagai berikut. 1. Pengaruh Kadar Aspal terhadap Stabilitas Stabilitas merupakan indikator kekuatan lapis perkerasan dalam menahan beban lalu lintas tanpa mengalami perubahan bentuk seperti gelombang atau alur. Semakin tinggi nilai stabilitas maka semakin besar pula beban yang mampu ditahan oleh perkerasan tersebut. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah nilai stabilitas maka semakin kecil pula beban yang mampu ditahan oleh perkerasan tersebut. Berikut ini adalah hasil nilai stabilitas yang dapat dilihat dalam bentuk grafik pada Gambar 5.2. Gambar 5.2 Grafik Hubungan Kadar Aspal Terhadap Nilai Stabilitas Berdasarkan Gambar 5.2 didapatkan nilai stabilitas naik sampai pada titik optimum pada kadar 5,5%, lalu mengalami penurunan seiring bertambahnya kadar aspal. Menurunnya nilai stabilitas disebabkan semakin bertambahnya kadar aspal yang diberikan pada campuran akan menyebabkan semakin tebal lapisan selimut aspal dan mengakibatkan nilai stabilitas menurun, sehingga gesekan internal antar butir agregat berkurang. Nilai stabilitas dari keseluruhan kadar aspal pada campuran LASTON AC-WC yang digunakan telah memenuhi persyaratan minimum spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi 3 yaitu 800 kg. 2. Pengaruh Kadar Aspal terhadap Flow Flow adalah besarnya penurunan pada campuran akibat suatu beban yang diterima sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam satuan mm. Berikut adalah grafik nilai flow yang dapat dilihat pada Gambar 5.3 dibawah ini. Gambar 5.3 Grafik Hubungan Kadar Aspal Terhadap Nilai Flow Pada Gambar 5.3 didapatkan nilai flow cenderung mengalami peningkatan seiring bertambahnya kadar aspal. Hal ini disebabkan semakin meningkatnya kadar aspal maka campuran tersebut akan bersifat plastis sehingga mudah terjadi perubahan bentuk (deformasi plastis) akibat beban lalu lintas. Hal ini sejalan dengan penelitian Pasereng (2014) pada campuran LASTON AC-WC menunjukkan bahwa dengan penambahan kadar aspal maka nilai flow juga naik dan mengakibatkan campuran semakin plastis. Berdasarkan nilai flow yang didapatkan, untuk kadar aspal 5% yaitu sebesar 1,87 mm tidak memenuhi persyaratan spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi 3 yaitu antara 2 mm - 4 mm. 3. Pengaruh Kadar Aspal terhadap Marshall Quotient (MQ) Marshall Quotient merupakan rasio perbandingan antara nilai stabilitas dengan flow pada suatu campuran. Nilai Marshall Quotient ini diperlukan untuk mengetahui kekakuan dari suatu campuran. Jika nilai MQ besar maka campuran akan menjadi kaku, begitu pula sebaliknya jika semakin kecil nilai MQ maka campuran tersebut semakin lentur. Hasil perhitungan MQ dapat dilihat pada grafik dalam Gambar 5.4 berikut ini. Gambar 5.4 Grafik Hubungan Kadar Aspal Terhadap Nilai MQ Pada Gambar 5.4 menunjukkan bahwa nilai MQ tertinggi berada pada kadar aspal 5,5%. Hal ini terjadi karena nilai stabilitas yang tinggi namun tidak diiringi nilai flow yang tinggi pula, sehingga dapat dikatakan pada campuran kadar aspal 5,5% cenderung kaku, sedangkan pada kadar aspal 7% nilai stabilitas yang semakin menurun diiringi dengan nilai flow yang semakin naik membuat nilai MQ semakin rendah sehingga campuran tidak stabil. Nilai MQ dari keseluruhan kadar aspal pada campuran LASTON AC-WC yang digunakan telah memenuhi persyaratan minimum spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi 3 yaitu 250 kg/mm. 4. Pengaruh Kadar Aspal terhadap Void in The Total Mix (VITM) Void in The Total Mix (VITM) adalah rongga udara diantara partikel agregat yang terselimuti aspal dalam suatu campuran yang telah dipadatkan. Nilai VTIM pada campuran beraspal, tidak boleh terlalu besar atau terlalu kecil. Jika nilai VITM pada campuran besar akan mengakibatkan keawetan campuran akan berkurang karena perkerasan rongga yang terlalu besar akan memudahkan masuknya air dan udara kedalam lapis perkerasan, sedangkan untuk nilai VITM yang terlalu kecil mengakibatkan campuran tersebut tidak stabil. Nilai VITM disajikan dalam grafik pada Gambar 5.5 berikut. Gambar 5.5 Hubungan Kadar Aspal Terhadap Nilai VITM Pada Gambar 5.5 didapatkan nilai VITM cenderung menurun seiring bertambahnya kadar aspal. Hal ini disebabkan oleh semakin bertambahnya kadar aspal, maka jumlah aspal yang mengisi rongga antar butiran agregat semakin bertambah, sehingga volume rongga dalam campuran menurun setelah dipadatkan. Pada kadar aspal sekitar 6% sampai 7% didapatkan nilai VITM yang memenuhi spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi 3 dengan batas minimum 3% dan batas maksimum 5%. Pada campuran yang tidak memenuhi spesifikasi disebabkan karena kadar aspal yang masih sedikit membuat campuran kurang padat. 5. Pengaruh Kadar Aspal terhadap Void in Mineral Aggregate (VMA) VMA adalah volume rongga udara antar butiran agregat dalam campuran aspal yang telah dipadatkan termasuk ruang yang terisi aspal dinyatakan dalam satuan persen. Besarnya nilai VMA dipengaruhi oleh kadar aspal, gradasi, dan jumlah tumbukan. Berikut ini adalah grafik hasil nilai VMA yang dapat dilihat pada Gambar 5.6. Gambar 5.6 Grafik Hubungan Kadar Aspal Terhadap Nilai VMA Pada Gambar 5.6 didapatkan nilai VMA cenderung meningkat setiap penambahan kadar aspal. Hal ini disebabkan rongga antar agregat semakin terisi aspal sehingga pori semakin kecil. Nilai VMA pada setiap kadar aspal campuran LASTON AC-WC memenuhi spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi 3 dengan batas minimum 15%. 6. Pengaruh Kadar Aspal terhadap Void Filled With Asphalt (VFWA) Void Filled With Asphalt adalah volume rongga campuran yang terisi aspal atau biasa disebut dengan selimut aspal. Peningkatan pada nilai VFWA menyebabkan campuran menjadi lentur karena rongga campuran cukup terisi oleh aspal. VFWA menentukan keawetan dalam suatu campuran, karena semakin tinggi nilai VFWA maka selimut aspal semakin tebal dan semakin kedap terhadap air ataupun udara. Nilai VFWA dapat dilihat pada grafik dalam Gambar 5.7 berikut ini. Gambar 5.7 Grafik Hubungan Kadar Aspal Terhadap Nilai VFWA Pada Gambar 5.7 didapatkan nilai VFWA cenderung naik seiring bertambahnya kadar aspal. Hal ini disebabkan semakin terisinya rongga oleh aspal. Semakin banyak kadar aspal maka campuran tersebut semakin awet, begitu pula sebaliknya semakin sedikit kadar aspal maka agregat yang terselimuti aspal semakin tipis yang menyebabkan campuran tidak tahan terhadap deformasi. Pada kadar aspal sekitar 5,5% sampai 7% didapatkan nilai VFWA yang memenuhi spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi 3 dengan batas minimum 65%. Pada campuran yang tidak memenuhi spesifikasi disebabkan karena kadar aspal yang masih sedikit membuat campuran yang terselimuti aspal masih sedikit pula. 5.2.4 Tinjauan Karakteristik Marshall Test pada Kadar Aspal Optimum dengan Variasi Lama Perendaman Berdasarkan hasil pengujian Marshall untuk mencari nilai Kadar Aspal Optimum (KAO) diperoleh nilai KAO sebesar 6,65%, lalu benda uji dibuat sebanyak 90 sampel dengan masing-masing variasi agregat halus marmer yaitu 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%. Benda uji tersebut kemudian direndam dengan lama perendaman 0 jam, 48 jam, dan 96 jam. Dari pengujian tersebut didapatkan hasil seperti berikut. 1. Nilai Stabilitas Grafik hasil nilai stabilitas pada pengaruh penggunaan limbah marmer sebagai agregat halus dan pengaruh perendaman adalah sebagai berikut. a. Pengaruh Variasi Marmer Terhadap Nilai Stabilitas Hasil pengujian campuran LASTON AC-WC yang menggunakan limbah marmer sebagai bahan pengganti agregat halus dapat dilihat pada Gambar 5.8 berikut. Gambar 5.8 Hubungan Grafik Stabilitas Terhadap Agregat Halus Marmer Pada Gambar 5.8 hubungan stabilitas terhadap variasi marmer menunjukkan adanya peningkatan pada kadar marmer 0% hingga 50%. Sedangkan untuk kadar marmer 75% dan kadar marmer 100% menunjukkan nilai stabilitas yang menurun. Semakin bertambahnya kadar marmer dengan penyerapan yang lebih kecil dari agregat halus batu pecah mengakibatkan daya ikat antar agregat semakin lemah, hal ini karena aspal optimum dengan penambahan kadar marmer membuat proporsi aspal meningkat sehingga nilai stabilitas menurun. Nilai signifikansi analisis Anova dua arah sebesar 0,001 pada tingkat signifikansi sebesar 0,05. Hasil signifikansi didapatkan 0,001 < 0,05 atau dapat dikatakan bahwa data tersebut signifikan sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa variasi marmer berpengaruh terhadap nilai stabilitas. b. Pengaruh Durasi Perendaman Terhadap Nilai Stabilitas Hasil pengujian campuran LASTON AC-WC oleh pengaruh rendaman yang menggunakan limbah marmer sebagai bahan pengganti agregat halus dapat dilihat pada Gambar 5.9. Gambar 5.9 Hubungan Grafik Stabilitas Terhadap Lama Rendaman Pada Gambar 5.9 didapatkan nilai stabilitas dengan kadar marmer yang sama dan dengan durasi perendaman yang semakin lama cenderung menurunkan nilai stabilitas. Hal ini dikarenakan air yang masuk ke dalam campuran mengurangi kelekatan antar agregat. Pada kadar 50% memiliki kinerja yang baik untuk setiap perendaman karena campuran masih stabil pada penyerapan setiap variasi agregat halus. Nilai signifikansi analisis Anova dua arah sebesar 0,092 pada tingkat signifikansi sebesar 0,05. Hasil signifikansi untuk nilai stabilitas terhadap lama rendaman didapatkan 0,092 > 0,05 atau dapat dikatakan bahwa data tersebut tidak signifikan sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa durasi perendaman tidak berpengaruh terhadap nilai stabilitas. 2. Nilai Flow Grafik hasil nilai flow pada pengaruh penggunaan limbah marmer sebagai agregat halus dan pengaruh perendaman adalah sebagai berikut. a. Pengaruh Variasi Marmer Terhadap Nilai Flow Hasil pengujian pada campuran LASTON AC-WC yang menggunakan limbah marmer sebagai bahan pengganti agregat halus dapat dilihat pada Gambar 5.10 berikut. Gambar 5.10 Hubungan Grafik Agregat Halus Marmer Terhadap Flow Berdasarkan hasil pengujian didapatkan nilai flow seperti pada Gambar 5.10. Hasil diatas menunjukkan cenderung meningkat nilai flow setiap penambahan kadar marmer. Hal ini disebabkan semakin bertambahnya kadar marmer yang cenderung berlebih membuat campuran semakin plastis, sehingga stabilitas semakin menurun setiap penambahan kadar marmer yang menyebabkan campuran tidak tahan terhadap deformasi ketika menerima beban. Nilai signifikansi analisis Anova dua arah sebesar 0,309 pada tingkat signifikansi sebesar 0,05. Hasil signifikansi untuk nilai agregat halus marmer terhadap nilai flow didapatkan 0,309 > 0,05 atau dapat dikatakan bahwa data tersebut tidak signifikan sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa variasi marmer tidak berpengaruh terhadap nilai flow. b. Pengaruh Durasi Perendaman Terhadap Nilai Flow Hasil pengujian campuran LASTON AC-WC oleh pengaruh rendaman yang menggunakan limbah marmer sebagai bahan pengganti agregat halus dapat dilihat pada 5.11 Gambar 5.11 Hubungan Grafik Flow Terhadap Lama Rendaman Pada Gambar 5.11 didapatkan nilai flow yang cenderung meningkat setiap penambahan kadar marmer dengan durasi rendaman yang sama. Hal ini disebabkan agregat tidak melekat dengan baik karena pengaruh durasi perendaman membuat kelekatan menjadi rapuh dalam campuran tersebut sehingga campuran tidak memiliki aspal yang baik untuk merekatkan antar agregat. Nilai signifikansi analisis Anova dua arah sebesar 0,001 pada tingkat signifikansi sebesar 0,05. Hasil signifikansi didapatkan 0,001 < 0,05 atau dapat dikatakan bahwa data tersebut signifikan sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa variasi marmer berpengaruh terhadap nilai flow. 3. Nilai Marshall Quotient (MQ) Grafik hasil nilai MQ pada pengaruh penggunaan limbah marmer sebagai agregat halus dan pengaruh perendaman adalah sebagai berikut. a. Pengaruh Variasi Marmer Terhadap Nilai MQ Hasil pengujian pada campuran LASTON AC-WC yang menggunakan limbah marmer sebagai bahan pengganti agregat halus dapat dilihat pada Gambar 5.12 berikut. Gambar 5.12 Hubungan Grafik Agregat Halus Marmer Terhadap MQ Pada Gambar 5.12 didapatkan nilai MQ cenderung meningkat sampai kadar marmer 50% dan turun kembali pada kadar marmer 75%. Hasil MQ cenderung sama dengan nilai stabilitas. Penurunan MQ pada campuran menunjukkan bahwa semakin bertambahnya marmer pada agregat halus menyebabkan campuran tersebut kurang stabil. Nilai MQ merupakan hasil dari stabilitas dengan flow yang digunakan sebagai pendekatan terhadap tingkat kekakuan suatu campuran. Nilai signifikansi analisis Anova dua arah sebesar 0,02 pada tingkat signifikansi sebesar 0,05. Hasil signifikansi didapatkan 0,02 < 0,05 atau dapat dikatakan bahwa data tersebut signifikan sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa variasi marmer berpengaruh terhadap nilai MQ. b. Pengaruh Durasi Perendaman Terhadap Nilai MQ Hasil pengujian campuran LASTON AC-WC oleh pengaruh rendaman yang menggunakan limbah marmer sebagai bahan pengganti agregat halus dapat dilihat pada 5.13 Gambar 5.13 Hubungan Grafik Lama Rendaman Terhadap MQ Pada Gambar 5.13 didapatkan nilai MQ semakin menurun pada setiap penambahan kadar marmer dengan durasi rendaman yang sama. Nilai MQ tertinggi berada pada kadar marmer 50%. Hal ini karena campuran pada kadar marmer 50% masih stabil dengan nilai stabilitas yang masih tinggi diiringi nilai flow yang rendah. Penurunan nilai MQ pada setiap durasi perendaman karena meningkatkan nilai flow yang membuat campuran tidak stabil akibat pengaruh air dalam jangka waktu yang lama. Nilai signifikansi analisis Anova dua arah sebesar 0,012 pada tingkat signifikansi sebesar 0,05. Hasil signifikansi didapatkan 0,012 < 0,05 atau dapat dikatakan bahwa data tersebut signifikan sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa variasi marmer berpengaruh terhadap nilai MQ. 4. Nilai Void in The Total Mix (VITM) Grafik hasil nilai VITM pada pengaruh penggunaan limbah marmer sebagai agregat halus sebagai berikut. a. Pengaruh Variasi Marmer Terhadap Nilai VITM Hasil pengujian pada campuran LASTON AC-WC yang menggunakan limbah marmer sebagai bahan pengganti agregat halus dapat dilihat pada Gambar 5.14 berikut. Gambar 5.14 Hubungan Grafik Agregat Halus Marmer Terhadap VITM Pada Gambar 5.14 didapatkan nilai VITM cenderung menurun dari kadar marmer 0% hingga kadar marmer 100%. Penurunan nilai VITM dikarenakan limbah marmer memiliki tekstur permukaan yang relatif halus dan penyerapan yang lebih kecil dibandingkan dengan agregat halus batu pecah, sehingga marmer mempunyai kemampuan mengisi rongga yang lebih baik daripada agregat halus pasir yang membuat campuran semakin padat. Nilai VITM pada setiap kadar marmer dengan durasi rendaman memenuhi spesifikasi Bina Marga 2010 Rev. 3 yaitu 3% sampai 5%. Hasil ini memiliki perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zulkifli dkk (2012) pada campuran Lapis Antara (AC-BC) yang nilai VITM nya meningkat seiring bertambahnya marmer pada campuran yang menyebabkan rongga yang lebih besar. Nilai signifikansi analisis Anova dua arah sebesar 0,01 pada tingkat signifikansi sebesar 0,05. Hasil signifikansi didapatkan 0,01 < 0,05 atau dapat dikatakan bahwa data tersebut signifikan sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa variasi marmer berpengaruh terhadap nilai VITM. 5. Nilai Void in Mineral Aggregate (VMA) Grafik hasil nilai VMA pada pengaruh penggunaan limbah marmer sebagai agregat halus adalah sebagai berikut. a. Pengaruh Variasi Marmer Terhadap Nilai VMA Hasil pengujian pada campuran LASTON AC-WC yang menggunakan limbah marmer sebagai bahan pengganti agregat halus dapat dilihat pada Gambar 5.15 berikut. Gambar 5.15 Hubungan Grafik Agregat Halus Marmer Terhadap VMA Pada Gambar 5.15 menunjukkan bahwa penambahan kadar marmer mengakibatkan nilai VMA mengalami penurunan pada kadar marmer 0% sampai 100%, dapat dilihat pada nilai VITM yang semakin kecil. Hal ini disebabkan oleh penambahan limbah marmer membuat ruang yang tersedia untuk menampung volume rongga udara yang terdapat dalam campuran semakin banyak sehingga pori antar agregat semakin kecil. Nilai signifikansi analisis Anova dua arah sebesar 0,001 pada tingkat signifikansi sebesar 0,05. Hasil signifikansi didapatkan 0,001 < 0,05 atau dapat dikatakan bahwa data tersebut signifikan sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa variasi marmer berpengaruh terhadap nilai VMA. 6. Nilai Void Filled With Asphalt (VFWA) Grafik hasil nilai VFWA pada pengaruh penggunaan limbah marmer sebagai agregat halus adalah sebagai berikut. a. Pengaruh Variasi Marmer Terhadap Nilai VFWA Hasil pengujian pada campuran LASTON AC-WC yang menggunakan limbah marmer sebagai bahan pengganti agregat halus dapat dilihat pada Gambar 5.16 berikut. Gambar 5.16 Hubungan Grafik Agregat Halus Marmer Terhadap VFWA Pada Gambar 5.16 didapatkan nilai VFWA cenderung meningkat seiring dengan penambahan kadar marmer 0% hingga 100%. Hal ini disebabkan limbah marmer memiliki nilai penyerapan yang rendah dibandingkan agregat halus pasir yang akan mempengaruhi besarnya rongga pada campuran yang terisi aspal. Semakin banyak kadar marmer pada campuran semakin besar pula rongga yang dapat terisi oleh aspal. Nilai signifikansi analisis Anova dua arah sebesar 0,014 ada tingkat signifikansi sebesar 0,05. Hasil signifikansi didapatkan 0,014 < 0,05 atau dapat dikatakan bahwa data tersebut signifikan sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa variasi marmer berpengaruh terhadap nilai VFWA. 5.2.5 Tinjauan Karakteristik Immersion Test Durabilitas atau keawetan merupakan kemampuan perkerasan dalam menahan beban lalu lintas tanpa mengalami kerusakan, serta menahan keausan akibat pengaruh cuaca dan iklim seperti udara, air, dan perubahan temperatur. Metode yang digunakan pada pengujian durabilitas campuran setelah terendam air adalah dengan membandingkan nilai stabilitas antara marshall standar yaitu dengan rendaman air 30 menit dan stabilitas marshall yang direndam dalam air pada suhu 60°C selama 24 jam. Berikut ini adalah hasil dari pengujian Immersion untuk campuran LASTON AC-WC berbahan ikat aspal Pertamina Pen 60/70. 1. Analisis Pengaruh Kadar Agregat Halus Marmer terhadap Nilai Stabilitas Stabilitas merupakan kemampuan lapis perkerasan dalam menerima beban lalu lintas tanpa mengalami perubahan bentuk (deformasi). Nilai stabilitas yang disyaratkan pada Bina Marga 2010 Revisi 3 dengan batas minimum 800 kg. Jika pada suatu perkerasan memiliki nilai stabilitas kurang dari 800 kg, akan menyebabkan terjadinya alur pada permukaan jalan karena perkerasan bersifat plastis dan tidak mampu menahan beban yang besar. Gambar 5.17 Hubungan Grafik Agregat Halus Marmer Terhadap IRS Pada Gambar 5.17 didapatkan penurunan nilai stabilitas Marshall 24 jam dari Marshall 0,5 jam untuk setiap variasi marmer dengan durasi rendaman yang sama. Didapatkan nilai IRS yang semakin menurun setiap bertambahnya kadar marmer seiring penambahan durasi perendaman. Nilai IRS yang memenuhi spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi 3 yaitu minimum 90% adalah kadar marmer 0% sampai 100% pada rendaman 0 jam, kadar marmer 0% sampai 50% pada rendaman 48 jam, kadar marmer 0% sampai 25% pada rendaman 96 jam, namun hasil tersebut masih memenuhi spesifikasi Asphalt Institute, MS-2 (1983) yaitu 75%. Hal ini disebabkan oleh perubahan temperatur yang lebih tinggi membuat campuran menjadi lembek sehingga stabilitas turun. Penurunan stabilitas juga terjadi karena air yang masuk pada campuran mengurangi daya lekat antar agregat. Stabilitas tertinggi ada pada kadar marmer 50% sehingga campuran memiliki ketahanan yang lebih baik dibandingkan dengan campuran yang lainnya. 2. Analisis Pengaruh Lama Rendaman terhadap Nilai Index of Retained Strength (IRS) Index of Retained Strength diperoleh dari proses perendaman selama 24 jam pada suhu 60°C terhadap perendaman selama 30 menit dengan suhu 60°C. Tujuan dari pengujian ini untuk mengevaluasi keawetan pada suatu campuran. Grafik nilai IRS dapat dilihat pada Gambar 5.18 di bawah ini. Gambar 5.18 Grafik Hubungan Lama Rendaman dengan Nilai IRS Pada Gambar 5.18 menunjukkan bahwa nilai IRS mengalami penurunan seiring bertambahnya durasi perendaman. Hal ini dipengaruhi oleh tekstur permukaan marmer yang lebih halus serta mudah dipadatkan, sehingga ketika terkena pengaruh suhu pada air dengan durasi yang lama menyebabkan campuran lebih cepat rapuh dibandingkan dengan campuran agregat halus batu pecah. Nilai IRS yang memenuhi spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi 3 yaitu minimum 90% adalah kadar marmer 0% sampai 100% pada rendaman 0 jam, kadar marmer 0% sampai 50% pada rendaman 48 jam, kadar marmer 0% sampai 25% pada rendaman 96 jam, namun hasil tersebut masih memenuhi spesifikasi Asphalt Institute, MS-2 (1983) yaitu 75%. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dari kinerja campuran LASTON AC-WC dengan menggunakan bahan ikat aspal Pertamina Pen 60/70, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Pengaruh variasi kadar marmer pada pengujian Marshall cenderung terjadi peningkatan pada nilai flow, MQ, dan VFWA, sedangkan pada nilai stabilitas, VITM dan VMA cenderung mengalami penurunan. Peningkatan terjadi karena limbah marmer memiliki nilai penyerapan yang rendah daripada batu pecah sehingga mempengaruhi besarnya rongga pada campuran yang terisi aspal serta membuat campuran akan semakin plastis, sedangkan dengan nilai penyerapan yang kecil dan tekstur permukaan marmer yang halus menyebabkan stabilitas, VITM dan VMA menurun. Campuran LASTON AC-WC pada kadar marmer 50% menghasilkan campuran yang stabil dan tidak getas ketika menerima beban. Hasil analisis statistik Anova dua arah pada pengaruh variasi kadar marmer didapatkan signifikan kecuali pada flow. 2. Pengaruh durasi rendaman pada pengujian Marshall mengalami peningkatan pada nilai flow, serta mengalami penurunan pada nilai stabilitas dan MQ. Peningkatan pada nilai flow terjadi karena agregat tidak melekat dengan baik membuat kelekatan menjadi rapuh dalam campuran, sedangkan penurunan pada nilai stabilitas dan MQ terjadi karena air yang masuk ke dalam campuran mengurangi kekuatan dan membuat campuran tidak stabil. Hasil analisis statistik Anova dua arah pada durasi rendaman didapatkan signifikan kecuali pada stabilitas. 3. Penggunaan variasi kadar marmer dengan durasi rendaman pada campuran LASTON AC-WC yang menggunakan bahan ikat Pertamina Pen 60/70 memiliki nilai IRS yang memenuhi spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi 3 yaitu minimum 90% kecuali pada kadar marmer 75% dan 100% pada rendaman 48 jam serta kadar marmer 50% sampai 100% pada rendaman 96 jam. Penambahan kadar marmer dengan durasi rendaman yang semakin lama menyebabkan nilai IRS terjadi penurunan, hal ini disebabkan agregat halus marmer memiliki tekstur permukaan yang lebih halus serta mudah dipadatkan dibandingkan agregat halus batu pecah. 6.2 Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut. 1. Perlu dilakukan penelitian dengan gradasi campuran yang berbeda (LATASTON, HRS, LASTON AC-BC). 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari bagaimana pengaruh ikatan kimia limbah marmer dengan aspal. DAFTAR PUSTAKA Amal, Syaiful. 2015. Pemanfaatan Limbah Batu Marmer Sebagai Pengganti Agregat Kasar Pada Campuran Aspal Beton Terhadap Karakteristik Marshall. Jurnal Media Teknik Sipil. Vol. 13 No. 2. Malang. American Association of State Highway and Transportation Officials T 209. 2012. Theoretical Maximum Specific Gravity (Gmm) and Density of Hot Mix Asphalt (Hma). Agus, Angga Dwi. 2014. Pengaruh Penuaan dan lama Perendaman Terhadap Durabilitas Campuran Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC). Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. Arifin, dkk. 2008. Pengaruh Kandungan Air Hujan Terhadap Nilai Karakteristik Marshall Dan Indeks Kekuatan Sisa (IKS) Campuran Lapis Aspal Beton (LASTON). Jurnal Rekayasa Sipil. Vol. 2 No. 1, Universitas Brawijaya, Malang. Asphalt Institute. 1997. Mix Design Methods For Asphalt Concrete And Other Hot Mic Types. Manual Series No.2 (MS-2). Sixth Edition. Lexington. Kentucky. Direktorat Jendral Bina Marga. 2010. Spesifikasi Umum. Edisi 2010 (Revisi 3). Ermitha. 2007. Kajian Laboratorium Pemanfaatan Limbah Pecahan Marmer Sebagai Agregat Kasar Untuk Bahan Perkerasan Jalan Pada Campuran Hot Roller Sheet-Binder Course. Jurnal Teknik Sipil. Universitas Gajah Mada. Yogya karta. Handoko, Ade, 2015, Pengaruh Rendaman Air Hujan Terhadap Karakteristik Campuran Split Mastic Asphalt (SMA) Dengan Bahan Ikat Aspal Starbit E-55 dan Ac 60/70, Tugas Akhir, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Kearey, Philip. 2001. Dictionary of Geology. Penguin Group. London and New York. 163. Pasereng, Ignatius S., 2014. Studi Pengaruh Genangan Banjir Jalan Terhadap Kinerja Campuran Perkerasan Beraspal Di Kota Makassar. Tugas Akhir. Universitas Hasanuddin, Makassar. Riyanto, Edi dkk, 2004. Pengaruh Rendaman Air Payau Terhadap Karakteristik Marshall dan Permeabilitas Campuran Beton Aspal (LASTON). Tugas Akhir. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. Sukirman, Silvia. 1992. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Penerbit Nova, Bandung. Sukirman, Silvia. 2003. Beton Aspal Campuran Panas. Yayasan Obor Indonesia Jakarta. Zukifli, dkk., 2012. Kajian Laboratorium Limbah Marmer Sebagai Filler Dalam Campuran Aspal Beton Lapis Antara (AC-BC). LAMPIRAN Lampiran 1. Pemeriksaan Penetrasi Aspal LABORATORIUM JALAN RAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA Jl. Kaliurang KM 14,4 Kampus Terpadu UII, Gedung Moh. Natsir, Telp. (0274) 896440, Fax. 895330 Yogyakarta PEMERIKSAAN PENETRASI ASPAL Material : Aspal Pertamina Pen 60/70 Sumber : Pertamina, Cilacap Tanggal Uji : 2018 No Urutan Pemeriksaan Pemb. Suhu Pemb. Waktu 1. Pemanasan Benda Uji Mulai 09.00 WIB Selesai 09.30 WIB 2. Didiamkan pada suhu ruang Mulai 25 OC 09.30 WIB Selesai 25 OC 11.00 WIB 3. Diperiksa Mulai 25 OC 14.00 WIB Selesai 25 OC 14.30 WIB HASIL PENGAMATAN No Benda Uji Sket Pengujian (mm) (mm) Benda Uji 1 Benda Uji 2 1. 60 60 2. 63 63 3. 65 59 4. 63 60 5. 64 61 Rata2 63 60,6 Mengetahui Yogyakarta, 19 Juli 2018 Kepala Lab. Jalan Raya UII Peneliti, (Ir. Subarkah, M.T) Annisa Dini Nadhila Lampiran 2. Pemeriksaan Kelekatan Aspal Terhadap Batuan LABORATORIUM JALAN RAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA Jl. Kaliurang KM 14,4 Kampus Terpadu UII, Gedung Moh. Natsir, Telp. (0274) 896440, Fax. 895330 Yogyakarta PEMERIKSAAN KELEKATAN ASPAL TERHADAP BATUAN Material : Aspal Pertamina Pen 60/70 Sumber : Pertamina, Cilacap Tanggal Uji : 2018 PERSIAPAN PEMERIKSAAN No Pemeriksaan Pembacaan Waktu Suhu 1. Pemanasan Benda Uji Mulai 10.00 WIB 27OC Selesai 10.35 WIB 170 OC 2. Didiamkan pada suhu ruang Mulai 10.36 WIB 170 OC Selesai 11.00 WIB 27 OC 3. Diperiksa Mulai 11.00 WIB 27 OC Selesai 11.00 WIB 27 OC HASIL PEMERIKSAAN No Benda Uji % Terselimuti Aspal Keterangan 1. Benda Uji 1 100 % Memenuhi 2. Benda Uji 2 96% Memenuhi 3. Rata-rata 98% Memenuhi Mengetahui Yogyakarta, 18 Juli 2018 Kepala Lab. Jalan Raya UII Peneliti, (Ir. Subarkah, M.T) Annisa Dini Nadhila Lampiran 3. Pemeriksaan Titik Lembek Aspal LABORATORIUM JALAN RAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA Jl. Kaliurang KM 14,4 Kampus Terpadu UII, Gedung Moh. Natsir, Telp. (0274) 896440, Fax. 895330 Yogyakarta PEMERIKSAAN TITIK LEMBEK ASPAL Material : Aspal Pertamina Pen 60/70 Sumber : Pertamina, Cilacap Tanggal Uji : 2018 No Urutan Pemeriksaan Pemb. Suhu Pemb. Waktu 1. Pemanasan Benda Uji Mulai 12.10 WIB Selesai 12.15 WIB 2. Didiamkan pada suhu ruang Mulai 25OC 12.15 WIB Selesai 25OC 12.50 WIB 3. Diperiksa Mulai 5OC 12.50 WIB Selesai 51OC 13.34 WIB HASIL PENGAMATAN No Suhu yang diamati Waktu Pemanasan (Detik) Titik Lembek (OC) Benda Uji 1 Benda Uji 2 Benda Uji 1 Benda Uji 2 1. 5 OC 0 0 2. 10 OC 145 145 3. 15 OC 231 231 4. 15 OC 340 340 5. 25 OC 413 413 6. 30 OC 493 493 7. 35 OC 596 596 8. 40 OC 693 693 9. 45 OC 808 808 10. 50 OC 856 856 48,5 49 Rata-rata 48,75 Mengetahui Yogyakarta, 19 Juli 2018 Kepala Lab. Jalan Raya UII Peneliti, (Ir. Subarkah, M.T) Annisa Dini Nadhila Lampiran 4. Pemeriksaan Daktilitas LABORATORIUM JALAN RAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA Jl. Kaliurang KM 14,4 Kampus Terpadu UII, Gedung Moh. Natsir, Telp. (0274) 896440, Fax. 895330 Yogyakarta PEMERIKSAAN DAKTILITAS ASPAL Material : Aspal Pertamina Pen 60/70 Sumber : Pertamina, Cilacap Tanggal Uji : 2018 PERSIAPAN PEMERIKSAAN No Pemeriksaan Keterangan Waktu Temperatur 1. Persiapan Benda Uji Aspal dipanaskan 15 menit Suhu pemanas ± 135 OC 2. Mendinginkan benda uji Diamkan pada suhu ruang 60 menit Suhu ruang ± 28 OC 3. Peredaman benda uji Direndam dalam waterbath pada suhu 25 OC 60 menit Suhu waterbath ± 25 OC 4. Pemeriksaan Diuji daktilitas pada suhu 25 OC, kecepatan 5 cm per menit 20 menit Suhu alat ±25 OC HASIL PEMERIKSAAN No Benda uji Hasil Pengujian Keterangan 1. Sampel 1 164 cm Tidak putus 2. Sampel 2 164 cm Tidak putus Mengetahui Yogyakarta, 19 Juli 2018 Kepala Lab. Jalan Raya UII Peneliti, (Ir. Subarkah, M.T) Annisa Dini Nadhila Lampiran 5. Pemeriksaan Titik Nyala & Titik Bakar Aspal LABORATORIUM JALAN RAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA Jl. Kaliurang KM 14,4 Kampus Terpadu UII, Gedung Moh. Natsir, Telp. (0274) 896440, Fax. 895330 Yogyakarta PEMERIKSAAN TITIK NYALA & BAKAR ASPAL Material : Aspal Pertamina Pen 60/70 Sumber : Pertamina, Cilacap Tanggal Uji : 2018 No Urutan Pemeriksaan Pemb. Suhu Pemb. Waktu 1. Pemanasan benda uji Mulai 27 OC 12.00 WIB Selesai 130OC 12.15 WIB 2. Didiamkan pada suhu ruang Mulai 130OC 12.15 WIB Selesai 27 OC 12.20 WIB 3. Diperiksa Mulai 35 OC 12.20 WIB Selesai 325 OC 12.45 WIB HASIL PENGAMATAN No Keterangan Titik Nyala Titik Bakar 1. Benda uji 1 290 OC 310 OC Mengetahui Yogyakarta, 19 Juli 2018 Kepala Lab. Jalan Raya UII Peneliti, (Ir. Subarkah, M.T) Annisa Dini Nadhila Lampiran 6. Pemeriksaan Kelarutan Aspal Dalam CCL4 LABORATORIUM JALAN RAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA Jl. Kaliurang KM 14,4 Kampus Terpadu UII, Gedung Moh. Natsir, Telp. (0274) 896440, Fax. 895330 Yogyakarta PEMERIKSAAN KELARUTAN ASPAL DALAM CCL4 / TCE Material : Pertamina Pen 60/70 Sumber : Pertamina, Cilacap Tanggal Uji : 2018 PERSIAPAN PEMERIKSAAN No Pemeriksaan Keterangan Pembacaan Waktu Suhu 1. Penimbangan Mulai 09.00 WIB 27OC 2. Pelarutan Mulai 09.20 WIB 27OC 3. Penyaringan Mulai 09.23 WIB 27OC Selesai 09.31 WIB 27OC 4. Di Oven Mulai 09.32 WIB 100 OC 5. Penimbangan Selesai 09.55 WIB 27OC HASIL PEMERIKSAAN No Pemeriksaan Benda Uji 1 2 1. Berat erlen meyer kosong 74,19 75,23 2. Berat erlen meyer kosong + Aspal 75,32 76,66 3. Berat Aspal (2-1) 1,13 1,43 4. Berat kertas saring bersih 0,6 0,62 5. Berat kertas saring bersih + mineral 0,61 0,63 6. Berat mineral (5-4) 0,01 0,01 7. Persentase mineral (6/3x100%) 0,885 0,699 8. Aspal yang larut (100%-7) 99,115 99,301 9. Rata-rata Aspal yang larut (%) 99,208 Mengetahui Yogyakarta, 17 Juli 2018 Kepala Lab. Jalan Raya UII Peneliti, (Ir. Subarkah, M.T) Annisa Dini Nadhila Lampiran 7. Pemeriksaan Berat Jenis Aspal LABORATORIUM JALAN RAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA Jl. Kaliurang KM 14,4 Kampus Terpadu UII, Gedung Moh. Natsir, Telp. (0274) 896440, Fax. 895330 Yogyakarta PEMERIKSAAN BERAT JENIS ASPAL Material : Aspal Pertamina Pen 60/70 Sumber : Pertamina, Cilacap Tanggal Uji : 2018 No Pemeriksaan Sampel 1 2 1. Berat Piknometer kosong (gr) 11,50 11,48 2. Berat Piknometer +Aquadest (gr) 26,72 29,14 3. Berat Aquadest (2-1) (gr) 15,22 17,66 4. Berat Piknometer + Aspal (gr) 12,60 12,50 5. Berat Aspal (4-1) (gr) 1,10 1,02 6. Berat Piknometer +Aspal + Aquadest (gr) 26,77 29,22 7. Berat Aquadest (6-4) (gr) 14,17 16,72 8. Volume Aspal (3-7) (gr) 1,05 0,94 9. Berat Jenis Aspal = Berat/Vol (5/8) 1,05 1,08 10. Rata-rata BJ Aspal 1,07 Mengetahui Yogyakarta, 17 Juli 2018 Kepala Lab. Jalan Raya UII Peneliti, (Ir. Subarkah, M.T) Annisa Dini Nadhila Lampiran 8. Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Halus LABORATORIUM JALAN RAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA Jl. Kaliurang KM 14,4 Kampus Terpadu UII, Gedung Moh. Natsir, Telp. (0274) 896440, Fax. 895330 Yogyakarta PEMERIKSAAN BERAT JENIS AGREGAT HALUS Material : Agregat Halus Sumber : Clereng, Kulonprogo Tanggal Uji : 2018 No Keterangan Benda Uji 1 2 1. Berat benda uji dalam keadaan basah jenuh (BJ) 500 500 2. Berat Piknometer + air (B) 663,93 688,34 3. Berat Piknometer + air + benda uji (BT) 980,84 1011,42 4. Berat benda uji kering (BK) 488,76 485,46 5. Berat jenis (Bulk) = 2,67 2,74 6. Berat jenis (SSD) = 2,73 2,83 7. Berat jenis (Semu) = 2,84 2,99 8. Penyerapan air = x 100% 2,30 3,00 Mengetahui Yogyakarta, 25 Mei 2018 Kepala Lab. Jalan Raya UII Peneliti, (Ir. Subarkah, M.T) Annisa Dini Nadhila Lampiran 9. Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Halus Marmer LABORATORIUM JALAN RAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA Jl. Kaliurang KM 14,4 Kampus Terpadu UII, Gedung Moh. Natsir, Telp. (0274) 896440, Fax. 895330 Yogyakarta PEMERIKSAAN BERAT JENIS AGREGAT HALUS MARMER Material : Marmer (lolos saringan No. 8, tertahan No. 200) Sumber : Kalasan Tanggal Uji : 2018 No Keterangan Benda Uji 1 2 1. Berat benda uji dalam keadaan basah jenuh (BJ) 500,1 500 2. Berat Piknometer + air (B) 666,24 664,94 3. Berat Piknometer + air + benda uji (BT) 974,93 975.20 4. Berat benda uji kering (BK) 487.96 491,43 5. Berat jenis (Bulk) = 2.5506 25900 6. Berat jenis (SSD) = 2.6136 2,6352 7. Berat jenis (Semu) = 2.7219 2,7125 8. Penyerapan air = x 100% 2.4674 2,1044 Mengetahui Yogyakarta, 25 Mei 2018 Kepala Lab. Jalan Raya UII Peneliti, (Ir. Subarkah, M.T) Annisa Dini Nadhila Lampiran 10. Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Kasar LABORATORIUM JALAN RAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA Jl. Kaliurang KM 14,4 Kampus Terpadu UII, Gedung Moh. Natsir, Telp. (0274) 896440, Fax. 895330 Yogyakarta PEMERIKSAAN BERAT JENIS AGREGAT KASAR Material : Agregat Kasar Sumber : Clereng, Kulonprogo Tanggal Uji : 2018 No Keterangan Benda Uji 1 2 1. Berat benda uji dalam keadaan basah jenuh (BJ) 1585,1 1609,32 2. Berat benda uji alam air (BA) 1000,07 1000 3. Berat benda uji dikering oven (BK) 1559,1 1572,2 4. Berat jenis (Bulk) = 2,6650 2,5803 5. Berat jenis (SSD) = 2,7094 2,6412 6. Berat jenis (Semu) = 2,7889 2,7476 7. Penyerapan air = x 100% 1,6676 2,3610 Mengetahui Yogyakarta, 20 Juli 2018 Kepala Lab. Jalan Raya UII Peneliti, (Ir. Subarkah, M.T) Annisa Dini Nadhila Lampiran 11. Pemeriksaan Sand Equivalent LABORATORIUM JALAN RAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA Jl. Kaliurang KM 14,4 Kampus Terpadu UII, Gedung Moh. Natsir, Telp. (0274) 896440, Fax. 895330 Yogyakarta PEMERIKSAAN SAND EQUIVALENT Sumber : Clereng, Kulonprogo Tanggal Uji : 2018 No Keterangan Benda Uji 1 2 1. Persiapan dan perendaman benda uji dalam larutan CaCl2 selama (±10,1 menit) Mulai 13.50 14.20 Selesai 14.10 14.30 2. Waktu pengendapan (benda uji setelah digojok sebanyak 90x, dan ditambah larutan CaCl2) Mulai 14.10 14.35 Selesai 14.15 14.55 3. Clay reading (pembacaan lumpur) (inchi) 5 5,2 4. Sand reading (pembacaan pasir) (inchi) 3 3,7 5. Sand equivalent = x 100 % 60 71,15 6. Rata-rata 65,575 Kadar Lumpur = 100% - Sand Equivalent = 34,425% Mengetahui Yogyakarta, 21 Juli 2018 Kepala Lab. Jalan Raya UII Peneliti, (Ir. Subarkah, M.T) Annisa Dini Nadhila Lampiran 12. Pemeriksaan Keausan Agregat LABORATORIUM JALAN RAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA Jl. Kaliurang KM 14,4 Kampus Terpadu UII, Gedung Moh. Natsir, Telp. (0274) 896440, Fax. 895330 Yogyakarta PEMERIKSAAN KEAUSAN AGREGAT (ABRASI TEST) Sumber : Clereng, Kulonprogo Tanggal Uji : 2018 No Jenis gradasi F Saringan Benda uji (gram) Lolos Tertahan I II 1. 72,2 mm (3’’) 63,5 mm (2,5’’) 2. 63,5 mm (2,5’’) 50,8 mm (2’’) 3. 50,8 mm (2’’) 37,5 mm (1,5’’) 4. 37,5 mm (1,5’’) 25,4 mm (1’’) 5. 25,4 mm (1’’) 19 mm (3/4’’) 6. 19 mm (3/4’’) 12,5 mm (0,5’’) 2500 2500 7. 12,5 mm (0,5’’) 09,5 mm (3/8’’) 2500 2500 8. 09,5 mm (3/8’’) 06,3 mm (1/4’’) 9. 06,3 mm (1/4’’) 04,75 mm (No. 4) 10. 04,75 mm (No. 4) 02,36 mm (No. 8) 11. JUMLAH BENDA UJI (A) 5000 5000 12. JUMLAH TERTAHAN DI SIEVE 12 (B) 4713 3861 13. KEAUSAN = (A-B)/A X 100 19,957 18,078 14. Rata-rata keausan 19,017 Mengetahui Yogyakarta, 21 Juli 2018 Kepala Lab. Jalan Raya UII Peneliti, (Ir. Subarkah, M.T) Annisa Dini Nadhila Lampiran 13. Pemeriksaan Berat Jenis Filler Debu Batu LABORATORIUM JALAN RAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA Jl. Kaliurang KM 14,4 Kampus Terpadu UII, Gedung Moh. Natsir, Telp. (0274) 896440, Fax. 895330 Yogyakarta PEMERIKSAAN BERAT JENIS FILLER DEBU BATU Material : Debu Batu (Lolos saringan 200) Sumber : Clereng, Kulonprogo Tanggal Uji : 2018 No Pemeriksaan Sampel 1 2 1. Berat Piknometer kosong (gr) 11,84 12,04 2. Berat Piknometer +Aquadest (gr) 29,22 29,24 3. Berat Aquadest (2-1) (gr) 17,38 17,20 4. Berat Piknometer + Debu Batu (gr) 13,24 13,09 5. Berat Debu Batu (4-1) (gr) 1,40 1,05 6. Berat Piknometer + Debu Batu + Aquadest (gr) 30,07 29,88 7. Berat Aquadest (6-4) (gr) 16,83 16,79 8. Volume Debu Batu (3-7) (gr) 0,55 0,41 9. Berat Jenis Debu Batu = Berat/Vol (5/8) 2,545 2,56 10. Rata-rata BJ Debu Batu 2,5532 Mengetahui Yogyakarta, 21 Juli 2018 Kepala Lab. Jalan Raya UII Peneliti, (Ir. Subarkah, M.T) Annisa Dini Nadhila Lampiran 14. Hasil Pengujian Marshall dalam Mencari KAO Kadar Agregat Halus Lampiran 15. Grafik Pengujian Marshall dalam Mencari KAO Kadar Agregat Halus Pengganti Marmer Lampiran 16. Hasil Pengujian Marshall dengan Kadar Aspal Optimum Durasi Perendaman 0 Jam Lampiran 17. Hasil Pengujian Marshall dengan Kadar Aspal Optimum Durasi Perendaman 48 Jam Lampiran 18. Hasil Pengujian Marshall dengan Kadar Aspal Optimum Durasi Perendaman 0 Jam Lampiran 19. Hasil Pengujian Marshall dengan KAO Lampiran 20. Hasil Pengujian IRS dengan KAO Durasi Perendaman 0 Jam Lampiran 21. Hasil Pengujian IRS dengan KAO Durasi Perendaman 48 Jam Lampiran 22. Hasil Pengujian IRS dengan KAO Durasi Perendaman 96 Jam Lampiran 23. Hasil Pengujian Marshall dengan Kadar Aspal Optimum Durasi Perendaman 0 Jam Lampiran 24. Tabel Konstanta A0 Lampiran 25. Hasil Analisis Stabilitas Marshall dengan Anova Dua Arah Lampiran 26. Hasil Analisis Flow Marshall dengan Anova Dua Arah Lampiran 27. Hasil Analisis MQ Marshall dengan Anova Dua Arah Lampiran 28. Hasil Analisis VITM Marshall dengan Anova Dua Arah Lampiran 29. Hasil Analisis VMA Marshall dengan Anova Dua Arah Lampiran 30. Hasil Analisis VFWA Marshall dengan Anova Dua Arah Lampiran 31. Gambar Alat Pemeriksaan Berat Jenis Aspal Aspal / bitumen Piknometer Timbangan Digital Lampiran 32. Gambar Alat Pemeriksaan Penetrasi Aspal Stopwatch Termometer Senter Cawan Berisi Aspal Alat Penetrasi Lampiran 33. Gambar Alat Pemeriksaan Daktilitas Aspal Mesin Uji Termometer Lampiran 34. Gambar Alat Pemeriksaan Titik Nyala dan Titik Bakar Aspal Alat pengujian titik nyala dan titik bakar aspal Termometer Lampiran 35. Gambar Alat Pemeriksaan Kelarutan Aspal dalam TCE Pengaduk Larutan TCE Bekker Glass Timbangan Digital Alat / Pompa Hisap Oven Kertas Saring Aspal / Bitumen Lampiran 36. Gambar Alat Pemeriksaan Titik Lembek Aspal StopWatch Bejana Gelas Termometer Alat Pemanas Cincin Kuningan Lampiran 37. Gambar Alat Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Kasar Timbangan + Keranjang kawat Oven Kain Lap Lampiran 38. Gambar Alat Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Halus Cone dan Penumbuk Piknometer Oven Timbangan Lampiran 39. Gambar Alat Pemeriksaan Kelekatan Agregat terhadap Aspal Termometer Oven Bekker Glass Lampiran 40. Gambar Alat Pemeriksaan Keausan Agregat Mesin Los Angeles Bola Baja Timbangan Oven Lampiran 41. Gambar Alat Pemeriksaan Sand Equivalent 1 Set Alat Pengujian Silinder Ukur Larutan CaCl2 Lampiran 42. Gambar Alat Analisis Saringan Saringan Kuas Alat Penguncang saringan Cetok dan Wadah Timbangan Lampiran 42. Gambar Alat Pembuatan Sampel Satu set Alat Penumbuk Wajan dan Pengaduk Mold Ejector (Hydrolic Pump) Lampiran 44. Gambar Alat Pengujian Marshall dan Immersion Water Bath Sarung Tangan Alat Pengujian Marshall dan Immersion Timbangan + keranjang Kain Lap Lampiran 45. Gambar Benda Uji Penelitian Limbah Marmer Campuran LASTON AC-WC vi iii v iii xiv xvii vii xiii xvii xvi 6 5 1 4 10 7 20 21 37 22 38 42 39 68 67 84 69 85 44 96 117 116