Perancangan Wisata Edukasi Piyungan Eco Cycle dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
Abstract
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan,
penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah. Namun kenyataannya banyak
TPST di Indonesia yang hanya menjadi tempat penmbuangan akhir sampah saja. Seperti contoh TPST Piyungan
yang berada di Yogyakarta, disana sampah hanya dikumpulkan di satu tempat saja hingga menggunung.
Timbunan sampah yang masuk ke TPST Piyungan pada tahun 2016 dan 2017 berturut-turut mencapai 504 dan 580
ton per hari. Alih-alih hanya menampung sampah terpusat di satu tempat, maka dibutuhkan upaya untuk
mengelola dan menadur ulang sampah terutama sampah plastik menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi dan
mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar yang sebagian besar adalah pemulung. Terdapat
400 pemulung yang tersebar di sekitar TPST Piyungan sehingga muncul pula bangunan rumah semi permanent
dan juga gudang-gudang tumpukan hasil memulung yang tersebar di pinggir jalan sekitar TPST Piyungan. Hal
tersebut membuat lingkungan terlihat kumuh dan sampah yang kebanyakan merupakan sampah plastik
mencemari lingkungan sekitar. Disamping itu Potensi industri mikro di kecamatan Piyungan sangat banyak,
terutama industri batu bata yang terdapat di desa Sitimulyo dengan jumlah 135 industri. Industri batu bata
berpotensi untuk dikembangkan menjadi industri batu bata komposit campuran limbah plastik. Hal tersebut
dapat menjadi salah satu kegiatan edukasi masyarakat maupun wisatawan. Oleh karena itu dibutuhkan
perancangan Wisata Edukasi Piyungan Eco Cycle dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis sebagai tempat
pengolahan sampah terutama plastik yang mampu mengedukasi pelajar dan masyarakat sekitar, serta mampu
menampung para pemulung serta juga meningkatkan kesejahteraannya.
Collections
- Architecture [3658]