Show simple item record

dc.contributor.advisorFaisol AM
dc.contributor.authorSyahbudin, 98511079
dc.date.accessioned2020-08-25T08:45:44Z
dc.date.available2020-08-25T08:45:44Z
dc.date.issued2007
dc.identifier.urihttp://dspace.uii.ac.id/123456789/23438
dc.description.abstractKrisis ekonomi yang melanda Indonesia sangat berpengaruh pada kemampuan pemerintah dalam pengadaan proyek-proyek konstruksi, termasuk proyek konstruksi yang berkaitan dengan fasilitas publik. Mengingat untuk membangun sebuah proyek konstruksi diperlukan biaya yang sangat besar, dimana Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dan mempunyai keterbatasan pada modal, maka Indonesia masih memerlukan dana atau investasi dari pihak swasta baik lokal ataupun asing. Penelitian ini bertujuan untuk memperkaya teori mengenai manajemen konstruksi, karena diduga terdapat perbedaan/kekhususan penerapan manajemen risiko pada proyek-proyek BOT dibandingkan proyek-proyek konvensional. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif yaitu dengan mengelompokkan masing-masing faktor-faktor risiko, dampak probabilitas dan tingkat kepentingan faktor-faktor risiko pada proyek konvensional dan BOT sehingga dapat diketahui perbedaan/ kekhususan manajemen risiko pada proyek BOT dibandingkan pada proyek konvensional. Hasil dari penelitian ini adalah faktor-faktor risiko yang terjadi pada proyek BOT lebih kompleks dibandingkan dengan proyek konvensional. Dalam tahap perencanaan dampak risiko terbesar menurut pemilik proyek konvensional adalah "Inflasi" dengan nilai rata-rata 3,08, risiko "Inflasi" juga merupakan risiko yang sangat diperhitungkan pada proyek BOT yang menempati rangking pertama pada proyek pasar gede dengan nilai rata-rata 4,25, dan menempati rangking ke dua pada proyek giwangan dengan nilai rata-rata 3,00. Sedangkan pada tahap konstruksi dampak risiko terbesar pada proyek konvensional adalah "Change Order" dengan nilai rata-rata 2,92, sedangkan pada proyek BOT risiko "Change Order" tidak terlalu diperhitungkan yaitu pada peringkat ke dua puluh dengan nilai rata-rata 2,50 pada proyek giwangan dan peringkat ke dua puluh lima dengan nilai rata-rata 2,00 pada proyek pasar gede. Pada tahap operasi dampak risiko terbesar pada proyek konvensional adalah "Kesalahan desain dari konsultan" dengan nilai rata-rata 2,80, sedangkan pada proyek BOT risiko "Kesalahan desain dan konsultan" pada peringkat ke empat dengan nilai rata-rata 3,00 pada proyek giwangan dan peringkat ke dua dengan nilai rata-rata 3,75 pada proyek pasar gede. Pada tahap pasca operasi dampak risiko terbesar pada proyek konvensional adalah "Kesalahan desain dari konsultan" dengan nilai rata-rata 2,80, sedangkan pada proyek BOT risiko "Kesalahan desain dari konsultan" pada peringkat ke tujuh dengan nilai rata-rata 2,75 pada proyek giwangan dan peringkat ke dua dengan nilai rata-rata 3,00 pada proyek pasar gede.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectIDENTIFIKASI KERANGKA KERJAen_US
dc.subjectMANAJEMEN RISIKOen_US
dc.subjectPROYEK BOTen_US
dc.subjectPROYEK KONVENSIONALen_US
dc.titleIDENTIFIKASI KERANGKA KERJA MANAJEMEN RISIKO PADA PROYEK BOT DAN PROYEK KONVENSIONALen_US
dc.Identifier.NIM98511079


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record