Ideologi Branding Kota Dalam Bisnis Kuliner Artis : Analisis Wacana Kritis Pada Jogja Scrummy
Abstract
Jogja Scrummy merupakan kuliner artis yang dimiliki oleh Dude Harlino yang hanya ada di kota Yogyakarta. Kuliner yang sempat viral ini dibuka pada 23 Juni 2016 sehingga Jogja Scrummy menjadi kuliner artis pertama yang ada di Yogyakarta. Bisnis ini sudah mempunyai empat outlet di titik kota Yogyakarta, terutama di tempat-tempat ramai yang dilalui wisatawan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana bisnis kuliner artis merepresentasikan/memediasi Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan landasan teori city branding dan wacana Norman Fairclough. Metode penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif. Lokasi penelitian ini di outlet Jogja Scrummy dengan lima narasumber. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dokumentasi, penelusuran dokumen, dan penelitian data online.
Penelitian ini menggunakan analisis wacana Norman Fairclough dengan tahapan representasi, relasi, dan identitas. Selain itu, juga menggunakan konsumsi dan sosiokultural untuk mengetahui ideologi Jogja Scrummy dalam pembentukan kota Yogyakarta. Yogyakarta yang mempunyai city branding sebagai kota pariwisata ini dimanfaatkan oleh Jogja Scrummy untuk membuka bisnisnya. Dimana kuliner artis ini berharap agar dapat menjadi kuliner khas Yogyakarta. Wisatawan yang naik setiap tahunnya kemudian dijadikan alasan untuk Jogja Scrummy menjadi alternatif pilihan sebagai oleh-oleh wisatawan. Adapun penemuan hasil penelitian tersebut diperoleh dari menganalisis simbol-simbol yang ada disetiap ruangan Jogja Scrummy. Dimana ada tumpang tindih simbol diruangan Jogja Scrummy yang menjadi bukti atau menguatkan sebuah wacana bahwa Jogja Scrummy merupakan bisnis yang tidak mutlak menyejarahkan kota Yogyakarta. Namun bisnis tersebut hanya memanfaatkan ekonomi politik atau politik identitas saja.
Collections
- Communication [971]